Kutip Sukarno, Haedar Nashir: Makin Lama makin Cinta Muhammadiyah; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027 Prof Dr Haedar Nashir MSi menyampaikan saat pidato di Penutupan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Ahad (20/11/2022) malam. Dia secara khusus mengucap terima kasih kepada Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin yang berkenan hadir di sana sekaligus menutup acara.
Mulanya Prof Haedar menyelipkan candaan Sekretaris Umumnya, Prof Dr Abdul Mu’ti MEd yang menyebut muktamar itu sebagai Muktamar jamak qasar. “Karena seharusnya diselenggarakan dalam enam hari, tapi diselenggarakan dalam dua hari, plus satu hari untuk persidangan tanggal 5-6 November,” ujarnya.
Lulusan UGM itu menyatakan, keputusan penting saat Muktamar bersifat mengikat Muhammadiyah maupun Aisyiyah untuk melaksanakan amanah yang tidak ringan. Dia percaya warga Muhammadiyah punya daya hidup sebagaimana spirit al-Anfal ayat 24.
“Menyahut panggilan Allah dan Rasul-Nya lewat dakwah dan tajdid, gerakan kita yang membawa pada daya hidup yang dianugerahkan Allah dan jalan hidup yang punya spirit risalah kenabian,” terangnya.
Menurutnya, spirit untuk ‘Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta’ yang jadi tema Muktamar Muhammadiyah dan ‘Perempuan Berkemajuan Membangun Peradaban Bangsa’ dalam tema Muktamar Aisyiyah tidak hanya tertoreh sebagai tema. “Tapi melekat dalam jiwa alam pikiran dan orientasi tindakan pergerakan Muhammadiyah,” tuturnya.
Pria yang pernah menjabat Ketua PP Muhammadiyah periode 2005-2015 itu lantas mengutip pernyataan Bung Karno, “Makin lama saya makin cinta Muhammadiyah.” Kemudian dia meminjam ucapan Pak Harto dalam Muktamar 37 tahun lalu di Surakarta, “Siapa tak kenal Muhammadiyah?”
“Pak Jokowi dalam Milad Muhammadiyah menyampaikan, ‘Muhammadiyah tak kenal lelah membangun, berkiprah untuk bangsa, dan berkontribusi untuk negeri,” ujarnya di Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kemudian dia ingat pada ucapan sang Wapres ketika beraudiensi menyampaikan, “Muhammadiyah memiliki segala instrumen dan perlengkapan untuk memajukan bangsa dan mencerahkan semesta.”
Prof Haedar menegaskan, itulah spirit Muhammadiyah yang dibawa pulang dari Muktamar ini. Pun Muktamar Aisyiyah punya spirit yang sama.
Tantangan Dakwah
Prof Haedar juga mengatakan, “Masalah tantangan dan ruang baru untuk kita hadir sebagai gerakan Islam yang membawa misi dakwah dan tajdid terbuka, terbentang luas horizon kita berdiri dalam melihat persoalan tantangan dan kehidupan di ramah lokal, nasional, dan global harus semakin tinggi dan luas.”
Pada saat yang sama, Prof Haedar menyadari, daya hidup, kebersamaan, kekuatan sistem yang menjadi karakter Muhammadiyah akan selalu membingkai mereka. “Pada saat yang sama, sebagai panggilan dakwah, kita harus selalu hadir ummatan washatan litakuunu syuhadaa’a ‘alannas,” tuturnya.
Pria kelahiran Bandung, 25 Februari 1958 itu selanjutnya menyatakan, “Kita membersamai umat bangsa dan kemanusiaan di tingkat global untuk selalu menghadirkan Islam yang damai, menyatukan, memakmurkan, memajukan peradaban hidup dalam misi besar wamaarsalnaka ila rahmatann lil alamin dalam peta jalan kita Islam berkemajuan. Insyaallah itulah yang selalu hidup dalam jiwa, pikiran, orientasi gerakan kita!”
Meskipun Muktamar telah berakhir, Prof Haedar mengingatkan, perjalanan mereka akan terus dengan spirit Islam berkemajuan. “Insyaallah dengan ini akan selalu membersamai umat bangsa dan kemanusiaan semesta dengan cinta dan pengkhidmatan,” imbuhnya.
Terakhir, Prof Haedar berharap, “Mudah-mudahan kita dirahmati dan diridhai Allah. Selamat pulang ke tempat masing-masing.”
Dia juga menyampaikan terima kasih terbesar untuk seluruh penggembira dan warga persyarikatan yang begitu rupa hadir di Kota Surakarta tercinta ini. Dia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung hingga Muktamar berakhir dengan baik sebagai Muktamar bermarwah, uswah hasanah, berkemajuan, dan kebersamaan. (*)
Discussion about this post