Karawitan SMA Muhipo Membuka Musywil Ke-16 Muhammadiyah Jatim; Liputan Kontributor PWMU.CO Sayyidah Nuriyah langsung dari Ponorogo. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Karawitan siswa SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (SMA Muhipo) mewarnai Pembukaan Musywil Ke-16 Muhammadiyah Jatim di Alun-alun Ponorogo, Sabtu (24/12/2022).
Mereka membawakan 10 lagu Jawa berjudul Gugur Gunung, Tropong Bang, Witing Klapa, Nuswantara, Semarangan, Kebo Giro, Bersih Desa, Singo Nebah, Balabak, dan Mari Kangen.
Sejak pukul 06.00 WIB, 27 siswa kelas X-XII itu sudah duduk menempati posisi masing-masing di panggung utama. Mengingat, merekalah penampil pertama di pembukaan pagi itu.
Ada 10 siswa yang duduk berjajar di bagian depan sebagai tim vokal. Adapun 17 siswa lainnya duduk di belakang. Mereka memainkan alat musik gending-gendingan terdiri dari gender, demung, kenong, ketok, gong, kempul, sarong, sontem bonang, dan kendang.
Siswa yang tergabung di ekstrakurikuler sekolah karawitan itu dipercaya panitia untuk membuka acara sejak dua pekan sebelum hari-H. Alhasil, mereka langsung berlatih setiap hari.
Prestasi Tim Karawitan
Meski waktu latihan terbatas, kepiawaian mereka telah terbukti. Pada Oktober 2022, mereka meraih juara III di Lomba Karawitan Grebeg Surabaya se-Kabupaten Ponorogo. Sebelumnya, mereka juga mejuarai II Lomba Karawitan Pelajar tingkat provinsi 2019.
Tampilan pembuka ini menjadi pengalaman berharga bagi Annisa Anggun, siswi kelas X yang baru bergabung di tim itu. Anggun, sapaannya, bertugas memainkan alat musik tradisional sarong.
Lain halnya dengan rekannya, Fatih Assegaf kelas X yang bertugas memainkan alat musik tradisional bonang penerus. Sejak SMP, siswa yang akrab disapa Fatih ini sudah menekuni karawitan. Dia mengaku sangat bangga konsisten memainkannya hingga di panggung Musywil ini. “Karena ini mengenalkan Budaya Jawa,” tegasnya.
Dengan tampilnya karawitan ini dalam rangkaian Pembukaan Musywil, Fatih berharap, “Sebagai Orang Jawa jangan sampai lupa budaya kita sendiri.”
Menjelang tampil pada pukul 8.00 WIB, pria yang duduk di tepi panggung itu berharap timnya bisa karawitan dengan lancar. “Semoga saya dan teman-teman bisa memberikan yang terbaik,” imbuhnya.
Tantangan
Guru pembina Haryo Widu Sulaksono SPd mengungkap tantangan menyajikan tampilan kesenian lokal Jawa Timur yang merupakan gabungan dari nyanyian lagu Jawa dan iringan gending-gendingan itu. Salah satunya, waktu latihan singkat di tengah pekan ujian.
Selain itu, menghadirkan personel lengkap di tengah beragam kesibukan mereka juga menjadi tantangan tersendiri. “Saat latihan beberapa personel tidak lengkap. Ada yang lagi foto album, ikut english camp di Kediri, dan lainnya,” urainya.
Alhasil, pria yang akrab disapa Widu itu sempat khawatir karena timnya tak juga lengkap sampai mendekati hari-H. “Malu jika penampilannya nanti kurang baik,” ceritanya.
Akhirnya Widu bersyukur H-3 Musywil, personelnya sudah lengkap. Dia semakin lega saat tahu mereka ternyata sudah siap ditampilkan di panggung Musywil Ke-16 Muhammadiyah Jatim itu.
Dia juga bangga ikut terpilih menjadi bagian perhelatan Musywil ini. “Semoga semakin banyak organisasi Muhammadiyah yang terus berkembang, semakin maju, serta mengenal dan mencintai budaya lokal,” ujar pembina karawitan di SMA Muhipo sejak 2018 itu. (*)
Discussion about this post