![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/12/IMG-20221231-WA0020.jpg?resize=1200%2C677&ssl=1)
Siswi Kelas II SD Sudah Berdandan, Begini Guru Harus Bersikap; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Sesi diskusi pelatihan ‘Counselling Skill for Homeroom Teacher’ (Keterampilan Konseling untuk Wali Kelas) yang digelar Pusat Layanan Psikologi dan Konseling (PLPK) SMA Muhammadiyah 10 GKB (Smamio) diserbu pertanyaan dari peserta pelatihan.
Di antara pertanyaan menarik datang dari Dina Auliyah MPd, Wali Kelas II SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School) Gresik. “Siswa saya kelas II tapi sudah bisa make up seperti layaknya orang dewasa. Ketika mau menari, dia cerita itu hasil make upnya sendiri. Saya konfirmasi ke orangtua, kata orangtuanya dia memang bisa,” cerita Dina mengawali pertanyaannya.
Sebagai wali kelas, Dina khawatir apakah kemampuan siswa kelas bawah bisa merias wajah sendiri itu termasuk wajar. “Kemudian apa yang harus saya lakukan sebagai wali kelas?” tanyanya di Andalusia Hall SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik, Kamis (29/12/2022).
Meski sedang hamil empat bulan, sang pemateri tunggal Noer Suci Indah Puspitaningrum MPsi Psikolog antusias menjawab berbagai pertanyaan yang masuk. Untuk kasus ini, menurutnya itu perwujudan minat dan bakat anak.
“Bakat tidak akan berkembang kalau tidak ada minat dan sebaliknya, minat tidak akan berkembang kalau anak tidak diberi kesempatan melatih bakatnya,” terang alumnus Magister Profesi Psikologi Universitas Airlangga itu.
![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2022/12/IMG-20221231-WA0019.jpg?resize=1200%2C673&ssl=1)
Pengembangan Diri
Jadi untuk anak-anak seperti ini perlu mendapat ruang untuk berlatih. Dia lantas meluruskan, “Bukan berarti harus dandan ke sekolah ya.” ‘Ruang’ yang Suci–sapaannya–maksud, ketika hendak tampil menari, beri kesempatan merias teman-temannya.
“Kalau masih butuh pengembangan, kita tetap beri apresiasi dan pengarahan,” tutur wanita kelahiran Gresik, 3 Agustus 1984 itu.
Artinya, dia boleh berdandan untuk pengembangan diri. Perlu disertai juga upaya menonjolkan dirinya. Misal sebelum tampil, guru mengumumkan yang merias adalah ananda X tadi. Kata Suci, ini sejalan dengan kebutuhan anak kelas rendah yang masih suka menonjolkan dirinya. “Ini bagian dari bentuk apresiasi di bidang non-akademik,” tambahnya.
Bisa juga dengan mengikutkan ekstrakurikuler mewarnai di sekolah. “Mereka biasanya lebih bagus ketika menggambar atau mewarnai,” ujar Kepala Unit Pelayanan Psikologi Sang Surya UMG itu.
Di samping itu, guru maupun orangtua bisa mengikutsertakan anak dalam lomba make up. “Ini termasuk seni!” tegas Suci.
Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik itu mengungkap, ada beberapa sebab siswa kelas bawah sudah bisa berdandan. Pertama, karena motorik halus dan analisisnya sudah berkembang. “Bermake up bisa mengembangkan bakatnya,” jelasnya.
Selain itu, karena modelling (meniru) orangtua saat berdandan. “Itu wajar karena anak belajar dari peran gender perempuan. Ini bisa terjadi tanpa sepengetahuan orangtua, anak melihat sendiri,” terangnya di hadapan wali kelas SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) maupun Berlian School. (*)
Discussion about this post