![](https://i0.wp.com/www.pwmu.co/wp-content/uploads/2017/07/Harap-harap-cemas-1024x565.jpg?resize=640%2C353&ssl=1)
PWMU.CO – Meski sebenarnya menjadi ajang kegembiraan, Idul Fitri—hari raya pascapuasa Ramadhan—sejatinya adalah hari-hari yang penuh dengan kecemasan. Pasalnya, pada saat itu semua berharap bahwa semua amalan di bulan Ramadhan bisa diterima oleh Allah SWT.
Penasehat Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat KH Khoirul Huda mengatakan bahwa para Sahabat apabila bulan Ramadhan berakhir (masuk bulan Syawal), mereka berharap-harap cemas karena khawatir amal ibadahnya tidak diterima.
(Baca: Dosen Umsida: Jangan Pahami Rahmat Allah dengan Logika dan Matematika)
“Wajarlah sehingga mereka saling mendoakan agar amal di bulan Ramadhan diterima Allah dengan mengucapkan, ‘Taqabbalallhu minnaa wa minkum (Mudah-mudahan amal kami dan kalian diterima Allah SwT)’,” kata Kyai Huda dalam Pengajian Jumat Kliwon yang digelar rutin PCM Babat di Masjid Asy-Syahid, Tritunggal, Babat, Lamongan, (14/7) siang.
Agar amal kita diterima Allah, ujar Huda, maka harus berbuat dengan ikhlas. “Ikhlas itu tidak berbentuk. Yang penting segala apa yang kita lakukan hanya untuk Allah SWT. Maka amal itu akan sangat berpengaruh pada pribadi seseorang dan akan menumbuhkan harapan yang kuat diterimanya amal tersebut,” papar dia.
(Baca: Di Pengajian Jumat Kliwon, Kyai Muhammadiyah Babat Ini Sampaikan Kegembiraan sekaligus Kesedihannya)
![](https://i0.wp.com/www.pwmu.co/wp-content/uploads/2017/07/Harap-harap-cemas-2.jpg?resize=265%2C331&ssl=1)
Dalam surat Alkahfi ayat 110, jelas Huda, Allah mengatakan bahwa barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya. “Dalam ayat di atas dapat dipahami bahwa tauhid-lah yang akan menghantarkan seseorang berbuat ikhlas,” ujarnya.
Selain ikhlas, lanjutnya, syarat diterimanya amal adalah sesuai dengan contoh Nabi Muhammad sebagaimana sabda beliau dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim dari Aisyah, “Barang siapa membuat hal-hal yang baru tanpa dasar dalam perkara agama, ia bukan merupakan bagian darinya. Maka amalan itu akan tertolak.”
(Baca juga: Pengajian Jumat Kliwon ala PCM Babat dan Ketika Ilmu Nujum Diperbincangkan di Jumat Wage)
Huda mengajak hadirin untuk memerhatikan sabda Nabi Muhammad SAW tersebut dalam mengamalkan ajaran agama. “Jangan sampai kita meremehkan masalah ini dengan istilahasal mengerjakan tanpa tahu dasarnya,” ajaknya. Karena itu, dia menambahkan, sangat pentingnya mengetahui sunah dengan cara mengaji atau memahami ilmu agama.
Dalam pengajian yang dihadiri Pimpinan Ranting Muhammadiyah se-Cabang Babat dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Babat itu juga
dibagikan sembako kepada warga yang kurang mampu dari ranting yang ditempati. Secara simbolis Ketua Lazizmu M Faisol Mpd menyerahkan Ketua PCM Babat Drs H Abdul Ghafar MM. (Hilman Sueb).
Discussion about this post