![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2024/05/WhatsApp-Image-2024-05-15-at-08.50.39.jpeg?resize=1200%2C675&ssl=1)
PWMU.CO – Program Studi Sosiologi UMM menggelar Kuliah Tamu Internasional bersama Prof Mohammad Reevany Bustami PhD dari Universiti Sains Malaysia, Selasa (14/5/2024).
Kegiatan bertema Nusantaraisasi: Membangkitkan Ilmu Sosial Nusantara yang diadakan di Aula GKB 4 lantai 9 ini dihadiri oleh mahasiswa Sosiologi angkatan 2020, 2021,2022, dan 2023.
Acara dibuka oleh Wakil Dekan I FISIP UMM Najamuddin Khairur Rijal SIP MHub Int. Dia menyatakan mendukungpenuh kegiatan ini dan yang dia harapkan dapat memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap nusantaraisasi dalam konteks Ilmu Sosial.
Seminar dipandu oleh Ketua Program Studi Sosiologi Luluk Dwi Kumalasari MSi. Dia berhasil membawakan suasana seminar menjadi hidup. Pembawaannya yang energik dan humoris menghilangkan rasa kantuk karena seminar ini dilaksanakan di saat rawan ngantuk, pukul 14.00-15.30 WIB.
Sementara itu Prof Mohammad Reevany Bustami menjelaskan mengenai pentingnya kita sebagai ilmuwan Sosiologi untuk memahami kekuatan Nusantara dan penting untuk mentransformasi ilmu sosial Nusantara berbasis jati diri.
“Pentingnya nusantarisasi agar kita berhasil melepaskan diri dari pengaruh paradigma kolonial,” ujarnya.
Dia mengajak menggunakan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk melihat dan memahami dunia dengan sudut pandang dan konstruksi berpikir sendiri.
“Dengan demikian kita bisa menggunakan pikiran, bahasa, kebijaksanaan, dan warisan budaya untuk lebih baik memahami realitas yang ada dan menemukan solusi atas masalah yang dihadapi, sambil tetap berhubungan harmonis dengan dunia di sekitar kita tanpa terjebak dalam pandangan penjajah,” ujar Reevany yang pada 2019 juga memberikan kuliah di Program Studi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Dengan demikian, lanjutnya, konsep nusantarisasi bukan sekadar wacana, tetapi juga merupakan panggilan untuk memerkokoh identitas dan kekuatan kolektif bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global.
“Dengan melepaskan diri dari pengaruh kolonial, kita dapat menggali potensi yang ada dan membangun pemahaman serta solusi yang autentik sesuai dengan realitas dan nilai-nilai lokal, sehingga tetap menjaga harmoni dengan lingkungan sekitar. (*)
Penulis Lintang Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post