PWMU.CO – Dua kisah penting diceritakan di khotbah Jumat Masjid At-Taqwa Pandan Genteng Banyuwangi Jawa Timur, Jumat (24/5/2024).
Masjid yang berlokasi di Jalan Raya Pandan Genteng ini dipadati jamaah yang akan mengikuti ibadah Jumat. Seiring masuknya waktu shalat Jumat untuk wilayah Banyuwangi dan sekitarnya pukul 11.20 WIB, khotbah Jumat dimulai. Bertindak sebagai khatib adalah Imam Hambali SHI.
Mengawali khotbahnya dia mengajak jamaah untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
“Takwa yang benar adalah menjalankan ajaran Islam dengan baik dalam kehidupan ini,” ujarnya.
Selanjutnya dia mengajak jamaah untuk menyimak dua kisah penting, agar mampu mengambil pelajarannya. Terutama bagaimana seorang muslim mesti bersikap dengan sesamanya. Dan bagaimana pula seharusnya seorang muslim bersikap kepada non muslim, meskipun ia saudara kandungnya.
Imam Hambali yang juga guru bahasa Arab SMK Muhammadiyah 2 Genteng Banyuwangi itu membacakan ayat al-Quran Surat al-Hasyr 9. Lalu dia menjelaskan konteks ayat itu terkait dengan sahabat anshar Abu Thalhah yang memberikan jamuan kepada tamunya.
Padahal makanan itu merupakan jatah untuk anggota keluarganya. Tapi dia merelakannya untuk diberikan kepada saudaranya sesama muslim muhajirin. Inilah sikap yang dituntut pada diri seorang muslim kepada saudaranya. Dia lebih mementingkan saudaranya daripada dirinya sendiri.
Untuk lebih menjelaskan bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap sesamanya, maka dia membacakan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari dari sahabat Anas bin Malik RA. Di hadis tersebut dijelaskan tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri.
Sedangkan untuk menjelaskan bagaimana sikap seorang muslim terhadap non muslim, Imam Hambali membacakan ayat al-Quran Surat Luqman 15. Yang menjelaskan tidak boleh mentaati seseorang yang mengajak kepada kesyirikan.
Konteks ayat tersebut terkait dengan seorang yang bernama Saad bin Malik yang dipaksa oleh ibunya untuk keluar dari Islam. Bahkan ibunya sampai mengancam akan bunuh diri, jika Saad masih bersikukuh dengan agamanya. Dengan cara tidak mau makan.
Namun dalam hal tauhid ini, kata Imam Hambali, tidak boleh ada kompromi. Sebagaimana dilakukan oleh Saad bin Malik. Dia tetap berpegang teguh pada ketauhidan. Begitulah harusnya seorang muslim bersikap. Tanpa menghilangkan rasa hormat kepada orang tuanya.
Khotbah yang berlangsung kurang lebih dua puluh menit itu berjalan dengan khidmat dan khusyuk. Setelah itu jamaah melaksanakan shalat Jumat berjamaah. (*)
Penulis Taufiqur Rohman. Editor Ichwan Arif.