PWMU.CO-Ada lima tantangan eksternal yang harus dihadapi dai untuk mengembangkan Islam. Lima tantangan itu adalah globalisasi, teknologi, sekularisasi, konglomerasi, dan Kristenisasi.
Hal itu disampaikan Sholihin Fanani, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, ketika mengisi Pelatihan Peningkatan Kualitas Mubaligh (PKM) di Stikes Muhammadiyah Lamongan, Jumat (29/9/2017) malam.
Sholihin Fanani menguraikan, lima tantangan eksternal di era kekinian itu wajib dikuasai kader dakwah Muhammadiyah agar mampu mencerahkan masyarakat. Pertama, globalisasi bisa mengubah perilaku manusia. ”Ada peluang dan tantangan. Di sini dibutuhkan keuletan dai,” katanya.
Kedua, sambung Sholihin, adalah teknologi. ”Mubaligh tidak boleh gagap informasi karena masyarakat sudah melek teknologi,” ujar dia. Ketiga sekularisasi, menurut dia, masyarakat sudah mulai ada gejala apatis terhadap agama.
Keempat, konglomerasi. Dia menjelaskan, ekonomi dikuasai oleh pemilik modal yang memiliki jaringan banyak perusahaan yang memproduksi semua kebutuhan masyarakat. ”Jaringan konglomerasi dikuasai etnis tertentu. Umat Islam hanya sebagai konsumen,” katanya.
Kelima, kata dia, menghadapi Kristenisasi. Dia menerangkan, data tahun 2014 perkembangan pembangunan gereja mengalahkan masjid. Pertumbuhan gereja 130 persen sedangkan masjid 20 persen.
Selain tantangan eksternal, kata mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya ini, juga ada tantangan internal dakwah. Pertama, pengkaderan belum berjalan maksimal. Kedua, orientasi berorganisasi masih ada pimpinan yang mendua niatnya. ”Ada yang hanya tergiur di amal usaha,” ujarnya.
Ketiga, sambung dia, belum memahami karakter organisasi. Keempat, lemahnya ideologi. ”Ada beberapa kader yang nyaman belajar Islam bukan di Muhammadiyah,” kata dia memberi contoh.
Tantangan kelima, dia menjelaskan, strategi dakwah yang masih lemah. ”Menghadapi tantangan internal ini, mubaligh Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi mediasi dan pencerah, baik secara formal maupun informal. Dai Muhammadiyah adalah lumbung ilmu, tempat bertanya bagi umat,” tuturnya.
Pelatihan Peningkatan Kualitas Mubaligh (PKM) diikuti 67 peserta. Mereka utusan dari Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan, Gresik, Tuban dan Bojonegoro. Pelatihan ini sebagai bentuk kepedulian Majelis Tabligh Wilayah untuk menyegarkan pengetahuan dan keahlian mubaligh Muhammadiyah memahami perubahan zaman.
Pembukaan acara dihadiri pengurus PWM, civitas akademika Stikes Muhammadiyah Lamongan dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan. Dalam acara itu diserahkan talih asih berupa buku pengelolaan masjid dan mushola Muhammadiyah yang diterbitkan oleh Majelis Tabligh PDM Lamongan.
Ketua Majelis Tabligh PDM Lamongan, Masroin, menyerahkan kepada perwakilan Majelis Tabligh PDM Gresik, Tuban dan Bojonegoro. Masroin menyampaikan syukur dan berterima kasih atas kepercayaan Majelis Tabligh PWM menempatkan kegiatan di Lamongan.
KH Abdul Khamid, Lc, mewakili Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan, berpesan kepada mubaligh Muhammadiyah agar menjadi teladan di masyarakat dan menguasai ilmu agama. ”Masyarakat membutuhkan aksi nyata, bukan sekadar retorika,” kata dia. (M. Suud)
Discussion about this post