PWMU.CO – Kenapa umat Islam Indonesia selalu berada pada posisi yang lemah? Padahal jumlahnya mayoritas.
Itulah pertanyaan yang diajukan Nugraha Hadi Kusuma saat memberi ceramah dalam pengajian yang diadakan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Moropelang Babat, di Masjid Ihyaus Sunnah, Ahad (3/12/17).
“Sebenarnya kekuatan kita itu besar. Berdasarkan data LPCR, jumlah warga Muhammadiyah itu 23 juta. Sedangkan jumlah saudara kita di NU 55 juta. Sementara umat Kristen itu hanya satu persen dari jumlah penduduk Indonesia,” ungkap Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur itu.
Menurut dia, salah satu penyebabnya adalah dilupakannya konsep keluarga tangguh. “Padahal hal itu merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan dan memperkuat gerakan dakwah Muhammadiyah,” ujarnya.
Menurut Nugraha, ada lima hal yang harus diperlihatikan oleh umat Islam, khususnya para penggerak dakwah di Muhammadiyah.
Pertama, menjaga ketauhidan. “Siapa pun yang menjaga kemurnian syahadat Allah pasti akan menjaga setiap langkahnya,” papar dia.
Sekarang ini, ujarnya, banyak orang yang cinta mati dengan dunia. “Sehingga banyak orang tua kalau cari menantu itu yang ditanyakan pasti sudah kerja di mana dan gajinya berapa,” ujarnya yang dibenarkan jamaah.
Kedua, menjaga keilmuan. Pria yang tinggal di Kota Malang ini memaparkan bahwa sekarang ini banyak pihak yang menggiring umat Islam untuk kembali pada kejahiliyahan dengan cara menjauhkan mereka dari masjid. “Maka jangan heran jika banyak masjid yang kosong. Padahal dulu masjid itu sumber berbagai macam ilmu. Semua kegiatan dilaksanakan di masjid,” ungkap dia.
Nugraha menyesalkan, di zaman sekarang ini gadget dan medsos telah mengalahkan sosok guru. Padahal semua itu hanya sarana untuk mencari informasi.
“Karena terlalu percaya pada Mbah Google sampai-sampai banyak orang tidak sadar bahwa hadits yang dipakai dasar itu dhaif. Dan ini banyak sekali,” tutur Nugraha.
Karena itulah, menurutnya, peran keluarga itu sangat penting. Dia menegaskan bahwa peran keluarga itu tidak hanya di rumah. “Di mana pun putra-putri kita berada, maka kontrol dari keluarga merupakan yang utama,” kata Nugraha sambil mencontohkan saat ini sudah jarang orang tua yang mengawal putra-putrinya berangkat mengaji. “Banyak anak-anak yang dibiarkan. Ngaji gak ngaji sak karepe dewa,” kata dia.
Ketiga, membangun silaturrahim. Menurut Nugraha karena pentingnya hal tersebut maka di Alquran ada surat Ali Imran yang merupakan prototipe keluarga Imran di mana di sana dibahas konsep keluarga tangguh.
“Satu-satunya cara untuk melawan mereka yang selalu melecehkan Islam adalah melalui keluarga tangguh,” tegasnya. Nugraha mencontohkan di era 60-an, saat itu komunis bisa dilawan dengan bangunan keluarga-keluarga Islam di setiap daerah.
Keempat, menjadikan setiap tempat berkumpul menjadi bagian dari gerakan dakwah amar makruf nahyi munkar. Untuk itu, pesannya, dalam satu wadah gerakan tentu harus mempunyai visi dan misi yang sama. “Juga harus bisa menjaga hal-hal yang sifatnya teknis dan normatif.
Kelima, harus ada regenerasi. Nugraha menjelaskan bahwa dengan menjadi keluarga tangguh maka umat Islam akan mempunyai generasi penerus. “Dan itu penting. Makanya wadah perkaderan di Muhammadiyah dinamakan Baitul Arqam. Itu karena semua mencontoh Rasulullah, yang menempatkan perkaderan dan pembinaan itu di rumah Sahabat bernama Arqam,” ungkapnya.
Di akhir tausyiahnya Nugraha menegaskan bahwa untuk membangun rumah besar harus berjamaah. Dan pusat gerakan jamaah terbaik itu masjid. “Untuk itu jangan jauhkan anak-anak dan semua anggota keluarga dari masjid ” pesannya.
Pengajian Ahad pagi yang baru pertama kali diaktifkan lagi setelah delapan tahun vakum diikuti ratusan jamaah terdiri dari anak- anak, remaja, dan orang dewasa. Semua sangat antusias dan bersyukur Pengajian Ahad Pagi PRM Moropelang Babat bisa dimulai lagi atas inisiasi Angkatan Muda Muhammadiyah.
Selamat dan semoga istiqamah. (Uzlifah)
Discussion about this post