PWMU.CO-Pendidikan harus menerapkan multiple intelegensi. Sekolah harus mampu mengeksplor kemampuan siswa. Maka guru harus mampu mengidentifikasi karakter anak sehingga dalam proses belajar kemampuan siswa bisa ditingkatkan.
Dalam proses belajar, proses mengapresiasi siswa harus diutamakan. Model tempat duduk, menempel karya siswa di dinding kelas, dan memberikan peluang siswa untuk mempresentasikan proses belajar harus dinomorsatukan.
Baca Juga: Kuatkan Materi UNBK, SMPM 12 GKB Adakan Intensive Learning Care
Hal inilah yang disampaikan Ir Dodik Priyambada SAkt dalam kegiatan bedah buku Teach Like Finland, Jumat (20/4/18) di SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik. Kegiatan yang diselenggarakan tim sinergi SDM Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik ini mencoba mengupas model pendidikan di Negara Finlandia.
Menurut Dodik, pendidikan di Finlandia banyak mengapresiasi kemampuan siswa. Siswa dijadikan sebagai objek pembelajan sehingga guru mampu memfasilitasi proses belajar. Segala proses belajar yang dilakukan siswa di kelas adalah proses bermain sambil belajar. Konsep ini mampu membuat anak enjoy and fun.
“Guru di Indonesia harus menjadikan siswa menyayangi kelas dan rindu belajar di sekolah,” ujar Dodik Priyambada di hadapan guru SDM 1, SDM 2, SMPM 12, dan SMAM 10. “Pembelajaran harus membuat anak bahagia dan gembira sehingga belajar menjadi kebutuhan dan keharusan,” sambungnya.
Dodik menyatakan, pendidikan di Indonesia, khususnya Muhammadiyah harus mampu mendorong siswa mengembangkan kemampuan wawasan dan pengetahuan. Lebih utama lagi adalah pengembangan dan penguatan karakter anak.
”Proses pembelajaran harus memiliki strategi belajar yang bagus. Memadukan musik, merayakan karya siswa, pembelajaran di lingkungan sekitar harus mampu memberikan pengalaman edukasi. Selain itu, dibutuhkan kolaborasi pembelajaran sehingga proses belajar bisa lebih kuat dalam penanaman konsep teori,” katanya.
Selain itu, sambungnya, sekolah juga perlu memiliki program dengan mendatangkan ahli atau orang berkompetensi yang mampu memberikan tambahan wawasan anak di kelas. ”Kunci utama pembelajaran di Finlandia, siswa sangat merindukan guru plus kelasnya. Di Indonesia, konsep ini harus dijadikan peluang sehingga guru bukan mengajar semata tetapi mendidik,” tandasnya. (Ichwan Arif)
Discussion about this post