PWMU.CO-Ada tarian yang menarik perhatian hadirin saat tampil di Purnawidya ke-9 SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik di Graha Sarana Petrokimia Gresik, Sabtu (9/6/2018).
Tari itu dimainkan delapan anak perempuan. Berbusana muslimah paduan kebaya putih dan kain panjang. Masing-masing penari memegang dua mangkok di tangannya. Melihat langgam gerak dan lenggok badannya ini mirip Tari Piring. Apalagi mendengar musik pengiringnya ada nada perkusi talempong yang beruntun sebagai ciri musik Minang.
Namun gerak tari ini kemudian dikombinasi dengan gerakan kontemporer dengan iringan musik yang rancak bersemangat sehingga mendapat aplaus penonton. Inilah Tari Nasyiatul Aisyiyah hasil garapan Pradita Eka Putri, pembina ekstrakurikuler gerak dan lagu SDMM, dan partnernya Athiq Amiliyah.
Athiq Amiliyah menceritakan, gerak simbolis tari ini mendasarkan kepada theme song Muktamar Nasyiah. Gerak tari yang lincah bersemangat menggambarkan gerak dan eksistensi Nasyiah.
”Setiap penari membawa mangkuk, itu simbol keputusan bersama. Makna mangkuk yang dibawa penari adalah simbol mufakat sebagai ciri Muktamar Nasyiah, ” tuturnya.
Guru matematika yang akrab disapa Athiq ini juga mengungkapkan gerakan memutar dan berjingkat dipilih untuk melambangkan aktivitas organisasi perempuan muda Muhammadiyah yang tak kenal lelah.
“Seperti lirik lagunya, tunas muda yang tak henti taklukkan zaman. Kita buat gerakan serancak mungkin,” ujarnya.
Pradita Eka Putri, pembina ekstrakurikuler gerak dan lagu menambahkan, kami berusaha menghadirkan tari Nasyiatul Aisyiyah sebagai penguat Generasi Pencerah. ”Dulu kami juga pernah menampilkan tari Muktamar Muhammadiyah yang berjudul Ke Jogja Kita Kembali,” tuturnya.
Puput, panggilan akrabnya, menjelaskan pertama kali dapat kabar untuk diminta membuat tarian dari lagu Muktamar Nasyiah sempat bingung.
“Gimana cara memadupadankan gerakan dalam lagu formal yang modern dan semangat, tapi tetap ada variasi instrumen daerahnya. Karena biasanya tari daerah sendiri, modern sendiri. He he,” ujarnya sembari tersenyum.
Guru Bahasa Inggris ini mengungkapkan, banyaknya perpaduan menjadikan dirinya dan tim harus lebih banyak juga mencari referensi tentang macam-macam variasi gerak tarian daerah dan modern.
“Ya agar bisa sesuai dengan lagunya dan menyatu dengan keceriaan anak-anak yang membawakan tarian tersebut,” ucap Puput.
Dia melanjutkan, karena background pendidikannya bukan dari seni tari, maka pencarian ide gerakan membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Tari itu hanya hobi dari kecil. Jadi saat mencari ide gerakan, saya suka lihat macam-macam tarian di internet, kemudian sering memutar lagu Muktamar Nasyiah itu. Semakin sering didengar, semakin banyak ide-ide gerakan yang bermunculan,” ungkapnya.
Puput mengaku bersyukur telah berhasil mementaskan Tari Nasyiah ini dua kali. Saat Musyawarah Daerah XIII Nasyiah Gresik tahun lalu dan purnawidya tahun ini.
“Super banget senangnya, puas, dan bangga jadi satu karena bisa menghasilkan tarian dari lagu Muktamar Nasyiah. Ini menjadi pengalaman pertama untuk saya dan tim tari SDMM,” paparnya.
Menurutnya, ketertarikan penonton akan tariannya yang dibuktikan dengan banyaknya audien yang mendokumentasikan ke depan membuatnya bersemangat menghasilkan karya-karya baru ke depan.
“Saya tak menyangka kalau ternyata banyak kader Nasyiah di luar Gresik yang tertarik dan mengapresiasi karya ini. Alhamdulillah, saya pribadi dan tim tari SDMM sangat senang sekali kalau tarian dari lagu Muktamar Nasyiah ini bisa diterima dan berkenan di hati banyak orang,” katanya.
Puput mengaku tak sendiri dalam berkarya. Ditemani partnernya Athiq Amiliyah, mereka berharap semoga banyak bermunculan tarian-tarian baru dari lagu-lagu Muhammadiyah dan ortomnya.
“Kami ingin turut serta dalam menyebarluaskan semangat dakwah Muhammadiyah melalui seni tari. Inilah yang mampu kami berikan untuk Muhammadiyah,” pesannya. (Tari)
Discussion about this post