![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2018/11/IMG_20181112_142707_718.jpg?resize=986%2C708&ssl=1)
PWMU.CO – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti mengatakan Forum Guru Muhammadiyah (FGM) harus menjadi forum berjejaring yang profesional atau profesional networking. Bukan sekadar menjadi forum pertautan antarpribadi guru dengan dibuatnya Group WhatsApp.
Hal itu disampaikannya dalam penutupan acara Rembuk Nasional Farum Guru Muhammadiyah di Hotel Lor In Syariah Solo, Jawa Tengah, Ahad (11/11/08).
Mukti menerangkan, FGM harus menjadi forum untuk berbagi ilmu, berbagi pengalaman, berbagi kisah keberhasilan, dan sesuatu yang bersifat personal untuk membangkitkan semangat di antara guru.
“Nah, cerita-cerita indah bagaimana guru menggapai prestasi. Cerita indah murid bisa meraih keberhasilannya itu harus kita share kepada yang lainnya. Itu adalah momen paling membahagiaan bagi guru,” katanya.
Meski, selorohnya, ada sebagian guru yang tidak bahagia dengan itu. Sebab, bagi mereka sesuatu yang membahagiaan itu kalau ada tunjangan dan tunggangan terbaru.
Menurut Mu’ti, makna terindah menjadi guru adalah ketika melihat anak didik kita bisa meraih kesuksekan dan menjadi orang hebat dengan karirnya. That is the ultimate meaning of be teaching. “Itulah makna yang paling tinggi ketika kita menjadi seorang guru,” ungkapnya.
Nah, kesadaran trasendental dan profesional itulah yang harus dipahami guru, bahwa guru itu hadir untuk memberi. Bukan hadir untuk meminta. Apalagi sampai mengemis untuk mendapat sekeping harta.
Mukti lalu meminta agar guru Muhammadiyah itu hebat, berilmu, dan beraklak mulia. Bukan sekadar mengejar harta. “Kalau kita punya banyak harta, maka kita akan bingung menjaganya. Sebaliknya jika kita punya banyak ilmu, maka ilmu yang akan menjaga kita. Dan, ilmu semakin sering dibagi, maka akan semakin bertambah,” pesannya.
Ia berharap, guru Muhammadiyah bisa menikmati profesinya sebagai guru. “Banggalah menjadi guru,” ucap dosen UIN Syarif Hidayattullah Jakarta ini.
Mu’ti mengungkapkan, era industri 4.0 yang ditandai dengan kemajuan tekonlogi informasi dan digitalisasi memungkinkan orang mengetahui berbagai informasi dari penjuru dunia mana pun. “Jadi tidak ada alasan lagi guru yang tinggal di Maumere atau Papua merasa teriosalasi dari perhelatan dunia karena dengan mobile phone kita bisa mengakses dunia,” tuturnya. (Aan)
Discussion about this post