PWMU.CO – Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur mengajak jamaah untuk menghindari tiga paradoks Ramadhan atau perbuatan yang jika dikerjakan bertentangan dengan nilai Ramadhan.
Biyanto menerangkan, paradoks pertama adalah ketika menjalankan ibadah puasa Ramadhan seseorang menjadi bermalas-malasan.
“Kita sadar berpuasa membuat fisik lemah karena tidak makan dan minum. Tapi itu bukan alasan untuk kita jadi bermalas-malasan,” ujarnya ketika menyampaikan tausiah selepas Shalat Tarawih di Masjid Al Badar Jalan Kertomenanggal IV/ 1 Surabaya, Jumat (10/5/2019).
Pria asal Lamongan itu pun meminta jamaah untuk bisa menyiasati lemahnya fisik karena berpuasa dengan tetap produktif dan bekerja keras. Pasalnya, banyak prestasi hebat yang pernah ditorehkan oleh umat Islam justru di Bulan Suci Ramadhan.
“Kalau kita baca sejarah, Perang Badar itu terjadi pada Bulan Suci Ramadhan dan umat Islam menang. Begitu pula dengan penaklukan Konstantinopel maupun Andalusia atau Spanyol (kini) juga terjadi di Bulan Suci Ramadhan. Bahkan, proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia itu terjadi di bulan Ramadhan,” tuturnya.
Biyanto melanjutkan, paradoks kedua adalah pola berprilaku boros atau konsumtif selama Ramadhan. Sebab menurut dia, Ramadhan itu sejatinya mengajarkan kesederhanaan.
“Ketika bulan suci Ramadhan ini kita makan hanya dua kali, yakni ketika buka puasa dan sahur. Jadi, puasa itu sejatinya ya mengajarkan kesederhanaan dan tidak berlebih-lebihan,” ungkapnya.
Paradoks ketiga adalah melakukan kekerasan di dalam Bulan Suci Ramadhan. “Jangan kita nodai bulan suci Ramadhan ini dengan berbuat kekerasan seperti sweeping dan lainnya,” tandasnya. (Aan)
Discussion about this post