PWMU.CO – Bukan Prof Din Syamsuddin kalau tidak bisa membuat peserta yang menyimak ceramahnya beberapa kali harus tertawa karena kelihaiannya berkelakar.
Begitu juga saat menjadi pemateri pada Silaturrahim Halal bi Halal Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Aula Mas Mansur Gedung Muhammadiyah Jawa Timur, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (22/6/19).
”Saya memohon maaf, kali ini tidak biasanya, saya memakai jas dan berdasi. Bukan karena baru akad nikah, tapi baru dari Umsida (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo) untuk menyampaikan orasi ilmiah,” canda Din mengawali ceramahnya yang disambut ger-geran hadirin.
Membahas halal bi halal, sambung dia, berkaitan dengan silaturrahim. Diakatakan, istilah yang tepat itu silaturahim, tapi sering diubah silaturahmi. ”Katanya karena kreativitas anggota HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), supaya ada HMI di belakangnya,” ujarnya kembali disambut tawa hadirin.
Silaturahim itu berhubungan dengan rahim ibu. Adanya janin di dalam rahim karena ada cinta. ”Apakah ada yang bukan karena cinta? Selalu ada cinta, Bu. Walaupun mungkin karena cinta yang terpaksa,” katanya yang membuat ibu-ibu Aisyiyah makin tertawa.
Ketika membahas makna rahim yang panjang lebar, Din pun berkelakar. Kok terpengaruh orasi di Wisuda Umsida ini, jadi panjang pembahasannya. ”Padahal civitas di PWM ini sudah alumni S3 semua, jadi harusnya cukup singkat-singkat saja,” selorohnya disambut tawa dan tepuk tangan peserta.
Di Persyarikatan kita ini, menurut Din, ada yang Muhammadiyah keturunan atau Mukhlas, berarti Muhammadiyah Ikhlas. ”Ikhlas saja karena bapak ibunya Muhammadiyah, atau agak ada terpaksanya. Saya yakin di sini banyak yang Mukhlas ya,” kelakarnya.
Ada juga yang Munu atau Muhammadiyah NU. Latar belakangnya NU, kemudian ikut Muhammadiyah. ”Biasanya kategori kedua ini yang lebih kuat Muhammadiyahnya, karena memilih Muhammadiyah secara rasional. Ada yang tidak rasional dan terpaksa memilih Muhammadiyah karena istrinya Aisyiyah,” ungkapnya kembali disambut ger-geran peserta.
”Saya termasuk yang rasional dan perlu pemikiran mendalam memilih Muhammadiyah. ”Walau alhamdulillah masih diakui di NU saya ini. Kemarin sempat dibujuk, selesai di Muhammadiyah, sudah Pak Din kembali ke NU saja,” ujarnya membuat peserta tidak bisa menahan tawa lagi.
Kata Din, kalau warga Muhammadiyah mengikhlaskan, bisa saja dia terpilih menjadi Ketua NU. Beberapa waktu lalu saat pembukaan MTQ Internasional dan MTQ Antar Pesantren di Istana Negara, dia diundang khusus untuk menyerahkan mushaf Alquran.
KH Agil Siraj sambutan duluan, menyebut dia dengan Gus Din Syamsuddin, mantan Ketua IPNU Cabang Bima. ”Lalu saya potong sebentar sambutan beliau. Ralat Pak Kiai, yang betul Cabang Sumbawa,” kata Din membikin peserta tertawa lagi.
Begitu giliran dia memberikan sambutan, meminta izin ke Presiden Jokowi untuk mengomentari sambutan Ketua Umum PBNU. ”Terus terang ini sebuah pengakuan dari PBNU bahwa saya masih dianggap warga NU,” tuturnya.
Padahal, sambung dia, yang hadir banyak kiai di situ. ”Namun tidaklah salah kalau saya menganggap ucapan tadi bagi saya untuk menjadi calon Ketua Umum PBNU yang akan datang.” Kembali peserta dibuat terpingkal-pingkal oleh Din.
”Begitu keluar ruangan habislah tangan saya dicium-cium oleh kiai-kiai yang hadir,” tawa hadirin pun kembali meledak.
Menurut Din, setelah acara itu muncullah meme dari media Duta Masyarakat bahwa Din Syamsuddin siap menjadi Ketua Umum PBNU. ”Sehingga banyak orang Muhammadiyah berkomentar, apa hanya singgah ya di Muhammadiyah? Lalu kembali lagi ke NU,” ungkapnya disambut tawa hadirin lagi.
Dia juga menyinggung Prof Zaenuddin Maliki yang perlu bersyukur diberi amanat menjadi anggota DPR RI. Mensyukuri dengan memperjuangkan aspirasi Muhammadiyah di sana.
”Kalau gak bersyukur nanti bisa-bisa akan di persona non grata oleh Muhammadiyah,” tandasnya yang kembali disambut tawa dan tepuk tangan hadirin. (Sugiran)