ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Kamis, Agustus 18, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

Rabu 23 Desember 2020 | 07:08
5 min read
322.2k
SHARES
1M
VIEWS
ADVERTISEMENT
Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo (Tangkapan Layar Zoom Syahroni Nur Wachid/PWMU.CO)

Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo dan tokoh Islam lainnya. Urusan politik adalah muamalah diniawiah, karena itu terbuka jalan ijtihad.

PWMU.CO – Mr Kasman Singodimedjo diabadikan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Namanya menjadi salah satu aula di FISIP UMJ: Auditorium Mr Kasman Singodimedjo, yang diresmikan Selasa (22/12/2020).

Selain itu, bukunya yang berjudul Hidup Itu Berjuang: Kasman Singodimedjo Ke-116 Tahun, kembali diterbitkan sekaligus diluncurkan dan didiskusikan.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir MSi hadir sebagai keynote speech. Dia menyampaikan kiprah perjuangan dan jejak Kasman Singodimedjo. Sebagai tokoh Muhammadiyah, tokoh pergerakan Indonesia, dan tokoh Nasional.

“Penghargaan itu tentu tidak seberapa dari jejak Pak Kasman yang sedemikian rupa. Baik dalam pergulatan politik, dalam perjuangan kemerdekaan, maupun dalam pemikiran sampai pada langkah-langkah beliau menjadi suri tauladan bagi kita sebagai generasi muda muhammadiyah dan generasi bangsa,” ujarnya.

Menurutnya Kasman merupakan satu rangkaian perjuangkan tokoh-tokoh Muhammadiyah sebagai Pahlawan Nasional. Ada Ki Bagus Hadikusumo (2015), Kasman Singodimedjo (2018), dan Abdul Kahar Muzakir (2019).

Haedar menceritakan, dari ketiga tokoh ini yang agak alot perjuangannya sebagai Pahlawan Nasional adalah Kasman. “Allahuyarham Pak Fatwa sampai beliau meninggal tahun 2017, sampai tidak sempat menyaksikan penganugrahan ini,” ujarnya. AM Fatwa adalah salah satu tokoh yang memperjuangkan gelar itu.

Menurut dia, ada kendala birokrasi di Purworejo, Jawa Tengah yang tidak berani merekomendasikan Kasman karena dia pernah dipenjara karena pidana politik. “Sampai kita sempat bertemu Sultan Hamengkubuwono X. Sultan memberi solusi waktu itu diusulkan dari DIY saja agar lebih leluasa karena pak kasman sempat tinggal di Yogya,” jelasnya.

Tapi, belum sampai opsi itu dilaksanakan, Haedar—dengan masukan beberapa pihak—langsung menyampaikan permasalah itu ke Presiden.

“Baik untuk Ki Bagus maupun Pak Kahar. Dan saya sampaikan kesulitannya seperti itu. Waktu disampaikan jika tidak ada keberanian dari Presiden maka SK Pahlawan ini tidak akan pernah keluar. Saya sampaikan begitu. Alhamdulillah tidak lama kemudian seminggu dari itu disampaikan insyaallah Pak Kasman akan dikeluarkan SK-nya,” terangnya.

Haedar mengatakan, itulah dinamika hidup yang penuh warna, yang dijalani oleh setiap tokoh. “Tentu punya ceritanya sendiri-sendiri. Tetapi ala kulli hal bahwa negara sudah secara sah mengakui Ki Bagus, Pak Kasman, dan Kahar Mudzakkir sebagai Pahlawan Nasional,” ungkapnya.

“Bagi ketiga beliau, keluarga, dan bagi kita secara substantif beliau tidak memerlukan itu. Tetapi bagi kepentingan generasi bangsa dan kepentingan negara dan sejarah gelar Pahlawan Nasional itu menjadi sesuatu yang penting,” tambahnya.

Itu artinya, negara telah mengakui perjalanan, jejak, dan perjuangan para tokoh nasional. “Dan alhamdulillah dari rangkaian Muhammadiyah, sudah ada 15 tokoh yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional,” ungkap dia.

Ijtihad Politik

Haedar menjelaskan secara umum tokoh-tokoh Muhammadiyah punya integritas yang tinggi, meskipun memiliki artikulasi yang berbeda satu sama lain. Tapi semuanya memperjuangkan prinsip-prinsip keislaman dalam berbangsa dan bernegara. Juga prinsip-prinsip kemanusiaan.

“Nilai-nilai ini yang mestinya kita gali, kita reproduksi bagi anak-anak muda bahwa perjuangan itu tidak instan. Dan ada banyak dinamika di dalam berjuang,” tegasnya.

Menurut Haedar buku Kasman ini penting untuk dibaca ini karena sangat cocok menggambarkan sebuah perjuangan hidup, yang dalam Islam disebut jihad fi sabilillah.

Dia menegaskan, jihad fi sabilillah itu merupakan jalan yang berada dalam keridhaan Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjaga prinsip Islam dalam kehidupan.

“Jihad itu bisa dengan amwal (harta), dengan anfus (jiwa), dengan ilmu dan lain sebagainya. Karena itu para generasi muda sekarang mengikuti jejak Pak Kasman sebagai tokoh bangsa, tokoh Muhammadiyah, adalah dengan ilmu, dengan pemikiran, dengan perjuangan lain,” pesannya.

Haedar melanjutkan, “Kita bisa meneruskan apa yang telah dirintis oleh tokoh besar ini dan sudah menjadi torehan sejarah yang kuat di tubuh umat Islam. Bagaimana Pak Kasman bersama tokoh-tokoh lain kemudian ‘membujuk’ Ki Bagus untuk setuju dalam perubahan tujuh kata (Piagam Jakarta).”

Menurut dia, persetujuan itu—baik dari Ki Bagus dan tokoh yang lain—bukan karena keterpaksaan tapi sebuah ijtihad untuk mengutamakan yang terpenting dari yang penting.

“Situasi satu hari baru merdeka, baru proklamasi. Kemudian kita ingin menjaga keutuhan bangsa. Akhirnya Ki Bagus juga bersedia. Tetapi persetujuan itu bukan tanpa pemikiran yang mendasar karena dari tujuh kata yang bersifat syariah menjadi satu rangkain kata Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi prinsip tauhid bagi umat Islam,” terangnya.

“Waktu itu memang kompromi dengan Bung Hatta sekitar 15 menit sebelum sidang BPUPKI yang Pak Kasman menjadi anggota tambahan. Saya pikir karena ada titik temu, Ki Bagus membawa kata prinsip tauhid di dalam kata Ketuhanan, lalu Bung Hatta mencari formula dengan bahasa yang Maha Esa yang bisa diterima oleh banyak pihak secara inklusif. Titik temu ini saya pikir menjadi down agreement yang kuat sampai sekarang ini,” jelasnya.

Haedar menjelaskan jika Muhammadiyah merumuskan pesan dan mengambil keputusan pada Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015 tentang Negara Pancasila Darul Ahdi wa Syahadah, sebenarnya titik tolak dari aspek sejarah dan substansi kompromi yang dipelopori oleh Kasman dan Ki Bagus ini. “Dan ini bukan kehilangan namun sebagai hadiah terbesar ummat Islam untuk bangsa dan negara,” tegasnya.

“Ada nilai-nilai negosiasi, tapi ada prinsip, lalu ada fleksibelitas. Itu penting juga menjadi cara berpikir kita di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena wilayah muamalah duniawiah itu memang spektrumnya dari alfa sampai beta, bahkan dari A sampai Z,” pesannya.

Menurut Haedar urusan muamalah duniawiah—termasuk urusan berbangsa dan bernegara—bukan merupakan pilihan-pilihan yang sempit dan hitam putih. “Itu areanya muamalah duniawiah, di mana Ki Bagus, Pak Kasman dan tokoh-tokoh Islam itu memegang prinsip-prinsip keislaman tetapi juga kemudian bernegosiasi urusan kebangsaan dan kenegaraan dengan prinsip muamalah duniawiah,” tegas dia.

Menurut Haedar pola politik urusan muamalah duniawiah itu tidak ada yang absolut, qad’i, dan tunggal. Selalu ada jalan ijtihad. Karena itu dia berharap agar tokoh-tokoh muda yang menggeluti politik Islam untuk tetap menjaga relasi keislaman dan keindonesiaan, seperti yang ditunjukkan Ki Bagus, Kasman, dan para tokoh Islam yang lain. Tapi pada saat yang sama juga terbuka untuk ijtihad politik ke depan.

“Tugas kita sekarang adalah bagaimana ide-ide yang cemerlang dan ijtihad politik ataupun bangsa termasuk Pak Kasman itu kemudian diformulasikan. Mungkin juga perlu reformulasi dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan, yang perubahan zaman terjadi saat ini dan ke depan,” jelasnya

“Untuk 20-30 tahun ke depan politik Islam di Indonesia dengan lanscape perubahan yang terjadi saat ini dan peta sosiolologi politik Islam saat ini itu perlu di reformulasi. Kalau hanya copy paste dari Islamisme masa lampau menurut saya tidak cukup memadai mana yang masa lampau itu diambil prinsip dasarnya tapi formulasi strategi kemudian ekspresi dan artikulasi perlu ada pembaharuan juga,” jelasnya. (*)

Penulis Syahroni Nur Wachid. Editor Mohammad Nurfatoni.

Tags: Abdul Kahar MuzakkirHaedar NashirKasman SingodimedjoKi Bagus HadikusumoPiagam JakartaSyahroni Nur WachidTujuh Kata
SendShare128883Tweet80552Share
ADVERTISEMENT

Related Posts

Pluralitas, Haedar Nashir Jelaskan dengan Al-Hujurat 13

Rabu 17 Agustus 2022 | 15:56
141

Haedar Nashir ceramah di Kediri. (Dahlansae/PWMU.CO) PWMU.CO- Pluralitas menjadi tema ceramah Ketua Umum PP Muhammadiyah...

Menikmati Hidup Paspasan

Senin 15 Agustus 2022 | 10:32
166

Zainul Muslimin Menikmati Hidup Paspasan oleh Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur. PWMU.CO- Pernah...

Muhammadiyah Membangun Berorientasi Kemanfaatan dan Kemaslahatan Umat

Minggu 7 Agustus 2022 | 20:20
68

Haedar Nashir: Muhammadiyah Membangun Berorientasi Kemanfaatan dan Kemaslahatan Umat (Akhmad Faozan/PWMU.CO) Muhammadiyah Membangun Berorientasi Kemanfaatan...

Prof Zainuddin Maliki: Jangan Pojokkan Umat Islam gara-gara Tak Meneriakkan Slogan Pro-Pancasila

Kamis 4 Agustus 2022 | 21:33
18.3k

Zainuddin Maliki bersama ibu-ibu Aisyiyah Gresik (Istimewa/PWMU.CO) Prof Zainuddin Maliki: Jangan Pojokkan Umat Islam gara-gara Tak Meneriakkan...

Korps Muballigh Berkumpul Bahas Masalah Ini

Senin 1 Agustus 2022 | 12:36
19.8k

Ketua PDM Hamri Al Jauhari menyerahkan seragam baru KMM Surabaya. (Syahroni/PWMU.CO) PWMU.CO- Korps Muballigh Muhammadiyah...

Pesan Haedar Nashir di Jambore Media Afiliasi Muhammadiyah

Sabtu 23 Juli 2022 | 15:29
39.7k

Haedar Nashir memberikan sambutan pada Jambore Media Afiliasi Muhammadiyah (Nely Izzatul/PWMU.CO)

Haedar Nashir Dukung Program Tanam 10 Juta Pohon Menko PMK

Senin 18 Juli 2022 | 08:14
153

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir (kanan) bersama Menko PMK Muhadjir Effendy menanam pohon...

Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik Modern, Haedar Nashir Terpukau

Minggu 17 Juli 2022 | 11:51
3.5k

Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik (Istimewa/PWMU.CO) Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik Modern, Haedar Nashir Terpukau; Liputan Kontributor...

Bukan Tradisi Muhammadiyah: Merengek-rengek atau Memaksa untuk Dibantu

Sabtu 16 Juli 2022 | 06:36
30.4k

Ketua Umum PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Gresik (Tangkapan layar/PWMU.CO) Bukan Tradisi Muhammadiyah: Merengek-rengek atau Memaksa untuk Dibantu; Liputan...

Dulu Dituduh Kafir, Kini Sekolah Muhammadiyah Jadi Rujukan

Jumat 15 Juli 2022 | 22:00
9.1k

Haedar Nashir (kedua dari kiri) bersama Menko PMK Muhadjir Effendy (keempat dari kiri), Ketua PWM...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Generasi Rabbani di PCM Bubutan

    8664 shares
    Share 3466 Tweet 2166
  • PBS Teken MoU dengan King Sejong Institute untuk Smamio

    43006 shares
    Share 17202 Tweet 10752
  • Haedar Nashir Meresmikan 6 Amal Usaha Muhammadiyah Kediri

    4605 shares
    Share 1842 Tweet 1151
  • SMPM 7 Surabaya Boyong 6 Penghargaan Lomba Hafidh dan Tartil Al-Quran

    3870 shares
    Share 1548 Tweet 968
  • Refleksi Prof Zainuddin Maliki: Indonesia Belum Merdeka dari Pemburu Rente

    3835 shares
    Share 1534 Tweet 959
  • Lomba Menghias Kelas, Pojok Baca Jadi Keren

    6279 shares
    Share 2512 Tweet 1570
  • SD Mugeb Meluncurkan Gerakan 1000 Damar Kurung

    3885 shares
    Share 1554 Tweet 971
  • Menko PMK Muhadjir Effendi Upacara 17 Agustus di Pesantren Ngruki

    716 shares
    Share 286 Tweet 179
  • Balas Perjuangan para Pahlawan dengan Hal-Hal Positif

    708 shares
    Share 283 Tweet 177
  • Dua Bintang Timnas Piala AFF U-16 Siswa SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta 

    14805 shares
    Share 5922 Tweet 3701

Berita Terkini

  • Catatan Kemerdekaan di Masa JokowiKamis 18 Agustus 2022 | 05:00
  • Bakar 77 Kg Bandeng Rayakan HUT Ke-77 Kemerdekaan RIRabu 17 Agustus 2022 | 23:55
  • Lima Tuntunan Mendidik Generasi Islam UnggulRabu 17 Agustus 2022 | 23:26
  • Malam Refleksi Kemerdekaan di Desa Ini Membedah Perjuangan Muhammadiyah UjungpangkahRabu 17 Agustus 2022 | 23:06
  • Siswa Sekolah Kreatif Menganti Bangga Jadi Petugas UpacaraRabu 17 Agustus 2022 | 22:42
  • Tim Paduan Suara MIM 1 Pare Bangkitkan NasionalismeRabu 17 Agustus 2022 | 22:21
  • Berharap Indonesia Baldatun Thayibatun Warabbun GhafurRabu 17 Agustus 2022 | 21:57
  • Wakil Bupati Dompu: SDM Unggul Akan Lahir dari UM BimaRabu 17 Agustus 2022 | 21:20
  • Balas Perjuangan para Pahlawan dengan Hal-Hal PositifRabu 17 Agustus 2022 | 21:11
  • SMKM Duta Ikuti Pelatihan Jurnalistik NasionalRabu 17 Agustus 2022 | 20:47

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In