PWMU.CO – Prof A. Malik Fadjar saat menjadi narasumber dalam Kajian Ramadhan 1437 H, Ahad (12/6) di DOME Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), mengatakan bahwa zikir dan fikir adalah seperti dua sisi mata uang. Keduanya sangat dibutuhkan dalam mengembangkan agama Islam.
Pada kesempatan tersebut, Prof A. Malik Fadjar didaulat sebagai pemateri dalam panel III dengan tema Harmoni Fikir-Zikir: Tugas Cendekiawan Muslim. Selain Prof A. Malik Fadjar, ada satu pemateri lainnya, yakni Prof Dr. Muhadjir Effendy. Sedangkan yang menjadi moderator adalah Dr. Biyanto.
(Baca: Bangsa Indonesia Gagal Berpuasa dari Eksploitasi Alam)
Terkait tugas cendekiawan muslim dalam harmoni fikir-zikir, Prof A. Malik Fadjar mengatakan bahwa para cendekiawan harus menumbuhkan fikir dan zikir menjadi karya yang produktif. Dengan demikian, hasil dari harmonisasi dua hal tersebut dapat dirasakan manfaatnya.
“Hasil dari harmonisasi fikir dan zikir itu harus melahirkan karya yang produktif. Jadi, Islam pun mendukung bahwa zikir dan berfikir itu tak bisa dipisahkan,” terang Malik Fadjar.
(Baca: Dalam Kajian Ramadhan, Haedar Bongkar Penyebab Lahirnya Terorisme dan Ayu ‘Sihir’ Peserta Kajian Ramadhan Muhammadiyah Jatim)
Lebih lanjut, Malik Fadjar menjelaskan, sebenarnya Muhammadiyah sudah sejak lama menerapkan hasil harmonisasi fikir dan zikir ini menjadi berbagai karya. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya amal usaha Muhammadiyah yang hingga kini tetap eksis, bahkan semakin berkembang.
“Adanya sekolah-sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan amal usaha lainnya adalah hasil dari harmonisasi fikir dan zikir yang dilakukan Muhammadiyah. Dan, kini amal usaha Muhammadiyah telah menjadi penggerak kemajuan persyarikatan kita,” urainya.
Malik Fadjar juga menegaskan bahwa gerakan Muhammadiyah tidak mudah dirobohkan. Karena Muhammadiyah sudah mengaktualisasikan kalimat-kalimat thayyiba menjadi karya yang nyata.
“Gerakan Muhammadiyah itu akan kekal. Karena Muhammadiyah memiliki banyak sekali amal usaha. Amal-amal usaha milik Muhammadiyah itu merupakan aktualisasi dari kalimat-kalimat thayyiba,” pungkasnya. (ilmi)