PWMU.CO – Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Muhammad Sholihin menerangkan ada empat hakekat puasa menurut Imam Al Ghozali. Pertama, tazkiyatun nafsih (membersihkan jiwa). Jiwa manusia, kata Sholihin perlu dibersihkan. Karena jiwa manusia itu, setiap saat dan setiap waktu bisa ternoda dengan perbuatan-perbuatan manusia yang melanggar syari’at agama Islam.
”Jiwa manusia itu mempunyai kecenderungan berbuat jelek, kecuali yang mendapat rahmat dari Tuhan-Nya. Jika jiwa manusia itu bersih, maka lebih mudah melakukan perbuatan baik, sebaliknya jika kotor cenderung untuk melakukan perbuatan jelek,” kata mantan Kepala SDM 4 Pucang Surabaya kepada pwmu.co, Senin (13/6).
(Baca: 5 Cara Emas Mendidik Anak Menurut Imam Al-Ghozali dan 3 Inti dalam Ber-Islam)
Kemudian yang Kedua adalah tazkiyatul qolbi (membersihkan hati). Menurut Sholihin hati manusia juga sering kotor dan ternoda oleh sifat-sifat manusia yang jelek. Hati manusia menjadi pusat yang menggerakkan pikiran, jiwa dan hasrat manusia untuk melakukan tindakan atau perbuatan.
”Jika hati manusia itu bersih, maka akan melahirkan perbuatan yang baik,” terangnya sembari mengutip sabda Rasulullah saw yang artinya: Sesungguhnya dalam diri setiap manusia itu terdapat segumpal darah, jika baik, maka baik pula seluruh diri manusia, jika jelek, maka jelek seluruh tubuh manusia, ketahuilah itu adalah hati.
Lebih lanjut Sholihin mengungkapkan beberapa sifat manusia yang sering mengotori hati adalah, hasad, nifaq dan kibriya’ (sombong). ”Karena puasa itu hakekatnya membersihkan jiwa dan hati, maka kita tidak boleh melakukan hal – hal yang dilarang. Sehingga tujuan puasa itu sendiri bisa tercapai,” ujarnya.
(Baca: 4 Pesan Terakhir Rasulullah dan Ber-Muhammadiyah Harus dengan Tulus dan Ikhlas)
Sholihin menambahkan hakekat puasa yang ketiga menurut Imam Al Ghozhali adalah tazkiyatul niyat (membersihkan niat). Diuraikan Sholihin, niat hidup manusia sering berubah – ubah. Tergantung dengan kebiasaan dan lingkungannya. Dengan puasa, Lanjut Sholihin, niat hidup manusia bisa diluruskan kembali, yakni untuk beribadah kepada Allah SWT. Niat menjadi sesuatu yang sangat penting diri manusia, sebab Segala amal itu tergantung pada niatnya
”Sebelum puasa niat ibadah kita kurang ikhlas dan kurang sempurna. Maka, momentum bulan puasa adalah untuk meluruskan niat hidup kembali,” papar Sholihin sembari membaca Al-quran surat Adz Dzariyat (56) yang artiny: “Tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”.
(Baca: Zikir adalah Kegiatan Berpikir Tingkat Tinggi)
Terakhir yang keempat adalah tazkiyatul amal (membersihkan amal). Sholihin memaparkan amal adalah hasil jiwa, hati dan niat manusia yang dihitung dan dibalas oleh Allah swt. Amal manusia, lanjut Sholihin, nantinya juga dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Dalam bulan Ramadhan kita diperintahkan untuk banyak beramal. Bahkan pahalanya akan dilipat gandakan. Karena itu manfaatkan dengan maksimal.
“Prestasi orang puasa adalah menjadi taqwa, yaitu orang yang hatinya bersih, jiwanya suci, niat bersih, amal baik dan banyak memberikan manfaat bagi orang lain,” tandasnya. (aan)