PWMU.CO– Andi Azhar terpilih menjadi ketua Pimpinan Cabang Iistimewa Muhammadiyah (PCIM) Taiwan dalam Musyawarah Cabang yang digelar pekan lalu.
Dia menggantikan Ahmad Syauqy, cucu Buya Hamka, yang harus pulang ke tanah air setelah menyelesaikan studi doktoralnya pada Juni 2019.
Andi Azhar bukan orang baru di organisasi ini. Ia salah satu generasi awal dan pendiri PCIM Taiwan pada tahun 2014. Karena dia termasuk senior maka anggota sepakat memilih dia sebagai nakhoda baru.
Di temui di sela aktivitas hariannya, Andi mengatakan, amanah ini teramat berat baginya. ”Sebenarnya sejak awal, saya menolak dan meminta rekan-rekan kader yang lain untuk mengemban amanah ini. Namun tim formatur ternyata bersuara bulat untuk mengamanahkannya kepada saya. Sebagai kader, tentu ini adalah bagian dari tugas yang harus diemban dengan penuh tanggungjawab,” katanya.
Andi adalah dosen Universitas Muhammadiyah Bengkulu yang sedang studi doktoral di bidang Administrasi Bisnis. Sebelum terjun di Muhammadiyah Taiwan, Andi tercatat sebagai pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PWM Bengkulu dan Sekretaris Lembaga Hubungan dan Kerja sama Internasional PWM Bengkulu.
Menurutnya, tantangan dakwah Muhammadiyah di Taiwan semakin dinamis dan beragam. Sangat berbeda kondisinya ketika dirintis enam tahun lalu.
”Muhammadiyah Taiwan hari ini berbeda dengan enam tahun yang lalu. Dulu, tantangan dakwah kami adalah bagaimana membuat organisasi bisa terus berjalan secara berkesinambungan. Kini Muhammadiyah Taiwan sudah mencapai titik kestabilan organisasi, sehingga tantangan dakwahnya pun berbeda,” ujarnya.
Dakwah amar makruf nahi munkar yang menjadi langgam gerakan ini, sambung dia, perlu ditafsirkan secara kontekstual dengan kondisi Taiwan. Di negeri ini terdapat lebih dari 270.000 WNI yang menetap sebagai pekerja, mahasiswa, maupun pebisnis.
”Islam sangat diterima di negeri ini. Namun perlu pendekatan berbeda dalam mengenalkan Islam sebagai agama yang damai dan mengajarkan kebaikan,” ucap Andi.
Dia ingin pemaknaan ibadah bukan saja sebagai ibadah mahdoh, melainkan ibadah sosial juga. Ini sesuai dengan contoh Kiai Dahlan yang mengajarkan semangat Al Maun kepada para santrinya.
“Di periode satu tahun mendatang, kami terus menggenjot ibadah-ibadah sosial ini menjadi kesalehan sosial sehingga Muhammadiyah Taiwan melalui gerakan dan amal usahanya benar-benar bisa dirasakan manfaatnya bagi seluruh WNI dan muslim di sini,” katanya.
Menurutnya, jalan ini sudah dirintis oleh para pendahulu sebelumnya, kami tinggal melanjutkan dan memberi warna agar dakwah kami bisa semakin diterima oleh masyarakat. (Tim)