Dalam peristiwa kecil itu, yang utama bukan soal jumlah uang. Tetapi kepedulian pada kesulitan orang lain. Itulah pelajaran penting yang saya peroleh pagi itu. Yang kedua, sikap memberi dan tak harap kembali. Pak Din tentu tak akan mendapat apa-apa dari ibu itu; kenal saja tidak.
Tetapi sungguh berbahagia orang yang selalu ingin memberi dan tidak harap kembali. Ungkapan syukur dan rasa terima kasih yang terpancar tulus dari orang yang ditolong sering memantulkan kebahagian tersendiri bagi yang menolong.
(Baca: 7 Resep Murah Meriah Membangun Keluarga Sakinah dan Berikut Ciri Suami yang Baik. Anda Masuk Kategori Ini?)
Seorang remaja bercerita, di sebuah pesawat seorang ibu berusaha meredakan tangis anaknya. Bayi itu seakan tidak mau diajak duduk. Remaja itu lalu mendekati dan berbisik: ”Bu, mari kita tukar tempat duduk. Silakan ibu duduk di depan yang lebih longgar, saya duduk di sini. Siapa tahu bayi ibu mau diajak duduk”.
Mula-mula ibu itu enggan tetapi setelah beberapa kali diminta akhirnya besedia pindah ke kursi no 1A yang lebih nyaman dan lapang, sedang remaja itu pindah ke kursi no. 24 B kelas ekonomi.
Setelah satu jam, remaja itu ingin mengetahui keadaan ibu dan bayinya. Dia bejalan ke depan, menyibak tirai yang memisahkan kelas bisnis dan ekonomi. Betapa lega hatinya setelah melihat ibu dan bayinya tertidur pulas “Saya bahagia bisa melakuan sesuatu untuk orang lain”.
(Baca: Potret Warga Muhammadiyah: Rasional yang Tak Rasional dan Din Syamsuddin Pernah Jadi Kapten Kesebelasan MU Lawan NU)
Seorang kawan bercerita, ketika berhenti di lampu merah, seorang wanita tua dengan wajah keriput menawarkan koran. “Cuma seribu,” kata wanita itu. Kawan itu tiba-tiba teringat ibunya di kampung. Segera dia buka kaca mobil dan disodorkan uang Rp. 10 ribu. “Tidak ada kembaliannya,” kata wanita itu. “Tidak perlu kembalian. Ambillah, semua untuk ibu”.
Ibu itu tertegun. Kemudian: ”Duh Gusti, matur suwun. Matur suwun sanget nak, matur suwun sanget,” kata wanita itu perlahan sambil menangis. Ketika lampu hijau dan mobil melaju, kawan itu ikut menangis. “Entah tangis apa, tapi dada saya terasa lapang dan bahagia,” ceritanya.
(Baca: Di Sel Tahanan, Buya Hamka Nyaris Putus Asa dan Begini Cerita Bung Karno Masuk Muhammadiyah)
Sapalah dengan ramah orang-orang kesepian. Hiburlah mereka yang sedih hatinya. Hidupkan harapan bagi mereka yang putus asa. Maka kebahagian akan mendatangi kita. Berbahagilah orang yang memberi dan tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.
Kolom ini ditulis oleh Nur Cholis Huda MSi, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Pernah dimuat di Majalah MATAN Edisi Februari 2013.