PWMU.CO – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SMK Muhammadiyah 5 Gresik (SMK Mulia) tahun 2019 terasa istimewa dengan hadirnya pimpinan Majelis Dikdasmen PWM Jatim, PDM Gresik, dan pimpinan Majelis Dikdasmen PDM di kampus Desa Surowiti, Panceng, Senin (15/7/19).
Hal tersebut disampaikan Kepala SMK Mulia Drs Uripan Nada MPd di hadapan 67 siswa-siswi peserta MPLS angkatan pertama.
Tampak hadir pimpinan Majelis Dikdasmen PWM Jatim Dr Isa Anshori MSi dan Drs Ec Bambang Sukarsono MS, Ketua dan Wakil Ketua PDM Gresik Dr Taufiqullah Ahmady MAg dan Mustakim SS MSi, Ketua dan Sekretaris Majelis Dikdasmen PDM Gresik, Ir Dodik Priyambada SAkt dan M Fadloli Aziz SSi MPd.
Isa Anshori menyampaikan harapannya agar siswa-siswi SMK Mulia Gresik bersungguh-sungguh dalam belajar. Ilmu yang didapatkan bermanfaat dan siap mengabdi. ”Ilmunya dimanfaatkan untuk mengabdi di masyarakat dan persyarikatan Muhammadiyah,” kata Isa.
”Kalau kalian berhasil, insya Allah hal tersebut bisa mengangkat derajat kalian dan keluarga. Sekolah di sini tidak hanya mencari ilmu tetapi juga belajar mengembangkan usaha untuk kesuksesan hidup kalian,” tambahnya.
Sementara Bambang Sukarsono memberikan motivasi dengan kutipan kalimat inspiratif, kiat sukses, dan kisah nyata dalam kehidupannya. Bambang mengajak siswa menyatakan, ”Dari sini SMK Mulia Gresik, langkah sukses kita mulai.”
Bambang memberikan kiat untuk meraih sukses. ”Kalau ingin sukses, core value yang perlu kita siapkan adalah pertama aspek kejujuran,” ujarnya.
Kedua, sambung dia, menghargai sesama. Ketiga, rajin. Baik rajin belajar ataupun rajin beribadah. Keempat, kultur atau budaya. ”Perlu ada budaya Islam di sekolah atau school culture. Misalnya budaya salam dan cinta kebersihan,” kata mantan dosen Universitas Kristen Petra dan Universitas Widya Mandala tersebut.
Kelima, kreatif dan inovatif. ”Selalu berubah dan added value. Tidak monoton,” jelasnya. Keenam, selalu berpikir positif. ”Pandangannya sejuk dan yang disampaikan tidak menyakitkan telinga,” ucapnya. Ketujuh, hormati orang tua dan guru.
Bambang menceritakan, masa kecilnya yatim. Ibunya jualan nasi di pinggir jalan. Aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) saat sekolah.
”Ketujuh hal yang saya sampaikan tersebut berusaha saya lakukan dengan baik. Ada invisible hand yang menuntun saya sehingga diterima di SMA favorit di Surabaya. Kemudian kuliah di Unair. Setelah lulus menjadi dosen beberapa perguruan tinggi swasta favorit di Surabaya sampai saya pensiun. Alhamdulillah, sampai saat ini bisa aktif di persyarikatan Muhammadiyah,” tuturnya memotivasi. (MFA)