PWMU.CO – Guru adalah seorang multiaktor yang mampu menyajikan pembelajaran lebih menarik, bermakna, dan bernilai bagi kemajuan prestasi belajar siswa.
Pernyataan ini disampaikan oleh Dr Hj Lina Herlina MEd pada kegiatan hari ketujuh Pendidikan dan Latihan (Diklat) Pembelajaran IPA Berbasis STEM (Science, Technology, Engineering dan Mathematic) yang Terintegrasi dalam Kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) IPA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Sanyrosa Hotel Bandung Jawa Barat, Ahad (14/7/2019).
Lina menyampaikan, guna membangun siswa yang cerdas berkarakter, guru selayaknya bertindak sebagai tutor selama pembelajaran berlangsung, tidak transfer knowleadge (transfer pengetahuan) semata; tidak menjadikan dirinya sebagai satu-satu sumber belajar bagi siswa. Tapi guru bertindak sebagai resources linker (sumber daya penghubung). “Buka link-nya, pelajari materinya, mari diskusi bersama-sama, dan seterusnya,” tuturnya.
Kepala Bidang Fasilitasi Peningkatan Kompetensi P4TK IPA ini menjelaskan untuk membekali siswa dengan keterampilan abad 21 yang meliputi critical thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kerjasama), dan commuication (komunikasi) membutuhkan peran dan bimbingan guru secara prima. Menurutnya, untuk membangun critical thinking siswa, guru juga harus kritis terhadap kondisi yang ada dan diharapkan memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik.
“Kelemahan orang Indonesia itu, jarang bertanya dan ngomong di forum-forum international, sehingga critical thinking-nya lemah, semua itu bisa dibangun dengan scientific approach (pendekatan sains),” kritiknya.
Selain itu, guru juga berperan sebagai gap keeper (penjaga gawang). Dalam hal ini, guru memastikan siswa tetap fokus dan sibuk dengan prestasinya dan memiliki respect (kepekaan) yang tinggi sehingga tidak ada siswa yang masuk ke dalam jurang kegagalan dan ketidaknyamanan selama belajar di sekolahnya.
Kepada 120 guru sains tingkat SMP dan SMA dari berbagai daerah di Indonesia ini—termasuk SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik—Lina menyampaikan selama berproses menggapai mimpinya, siswa membutuhkan dukungan dari banyak sisi orangtua, keluarga, guru dan atmosfer belajar yang kondusif.
Maka, sambungnya, membangun chemistry (kecocokan) dengan siswa menjadi penting. Dia mencontohkan sistem pendidikan di Inggris, di setelah akhir pekan siswa diminta menuliskan perasaanya di setiap awal hadir di kelasnya, lalu siswa diminta menceritakan suasana hatinya bahkan siswa bisa mengganti slogan kelas kapanpun sesuai dengan keinginan hatinya saat itu.
Lina menilai, berproses belajar seperti itu menjadikan semua guru berperan sebagai guru Bimbingan Konseling (BK) dan sekaligus katalisator yang nantinya menjembatani persoalan yang muncul diantara siswa, keluarga, sekolah dan lingkungan.
“You are not single person in this school (kamu tidak satu-satunya orang yang ada di sekolah ini), maka semua persoalan akan bisa diselesaian bersama kuncinya adalah berkomunikasi, itulah budaya membangun ekosistem pendidikan yang terus terjaga di sekolah itu,” terangnya.
Hal inipun memperoleh tanggapan positif dari peserta diklat yang telah berjalan selama tujuh hari ini, Senin-Ahad (8-14/7/2019). Seperti yang disampaikan oleh Anis Shofatun SSI MPd. Guru IPA SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik yang mewakili provinsi Jawa Timur inipun beryukur bisa terlibat di kegiatan diklat P4TK ini.
Dia menyampaikan guru punya andil yang besar dalam membangun ekosistem pendidikan Indonesia ini dengan memperkuat budaya positif di setiap lini terkecil yang ada di setiap sekolah.
Selain itu, sambungnya, berdasarkan wawasan materi yang diperoleh selama mengikuti diklat, guru tidak hanya harus mau mengupgrade kompetensi pedagogik dan profesionalisme semata. Tapi membekali diri dengan keterampilan lainnya seperti IT, public speaker dan juga seni.
“Bersyukur dapat banyak ilmu dari diklat ini, selain materi STEM ternyata untuk menjadi guru yang fungsional juga harus multitasking ya, agar makin mudah menyajikan ilmu dan pengalaman belajar yang lebih bernilai dan menggembirakan,” ungkapnya.
Hal lain juga disampaikan oleh Suherianti, MPd Si yang berasal dari SMP Negeri 1 Bengkulu Utara. Dia merasa sangat senang karena dapat sharing dan berbagi ilmu dengan guru guru lain di Indonesia. Banyak hal baru yang diperolehnya seperti keterampilan menggunakan Google Site juga wawasan pendidikan abad 21.
“Baru kali ini diikutkan pelatihan seperti ini, senang rasanya bisa belajar banyak dengan guru-guru hebat di Indonesia dan sepertinya ada banyak hal yang bisa ditularkan untuk sekolah kami di Bengkulu nantinya,” katanya.
Pada kegiatan menjelang acara penutupan itu, Lina menyampaikan agara guru juga membekali siswa dengan wawasan multikultural agar siswa Indonesia bisa berperan dalam kancah internasional juga semakin cinta akan tanah airnya.
“Mari bekali siswa-siswa Indonesia dari Sabang sampai Merauke ini dengan pendidikan multikultural sehingga rasa nasionalismenya semakin tumbuh besar dan kuat, dan inilah salah satu wujud pendidikan karakter yang mesti dibangun oleh setiap guru hebat Indonesia,” jelasnya diikuti tepuk tangan meriah dari para peserta. (AS)