Keempat, orangtua sesering mungkin mendongeng atau bercerita. Ini pengaruhnya besar karena melatih kepekaan sikap anak, serta menambah wawasan. Kelima, biasakan “berjamaah” dalam setiap hal, dalam shalat, makan, belajar, bersih rumah, berlibur, dan yang lain. Ini mempererat keintiman keluarga dan meminimalisir pertikaian. Keenam, orangtua harus menjadi pendengar yang baik setiap keluhan anak dan selalu menjadi pemecah masalah yang dialami anak.
Ketujuh, orangtua harus menghargai dan mengarahkan semua pengalaman anak-–dengan keterbatasan pengetahuan–yang meskipun salah menurut orangtua. Kedelapan, dorong anak menelurkan karya-karya dengan tangan lembutnya. Hindari celaan atau kritikan. Memuji karya anak jauh lebih baik daripada mencela. Karena kerja otak anak yang kian dinamis akan semakin berkilau jika dibesarkan dan dirawat lewat pujian.
Kesembilan, dorong anak bermain aktivitas fisik bersama teman dan saudara/keluarga, seperti olahraga, dan lainnya. Itu dapat menyehatkan dan memperluas lingkup sosial anak. Hindari anak pasif di dalam kamar. Itu hanya membunuh kreatifitas anak. Kesepuluh, memilihkan sekolah atau taman bermain (lingkungan) yang tepat dan anak harus aman dan nyaman berada di dua lingkungan ini.
Konsep Alquran mendidik anak
Alquran telah memberi teladan mulia dalam pengasuhan anak. Sebagaimana riwayat Luqmanul Hakim mendidik anak dalam Surat Luqman ayat 12-19. Yaitu didik anak agar tidak musyrik. Artinya prioritaskan meneguhkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Didik anak agar senantiasa bersyukur atas nikmat dan karunia Allah SWT. Didik anak agar tidak durhaka kepada kedua orangtua. Didik anak agar senantiasa bersabar menghadapi cobaan. Didik anak agar selalu berbuat yang makruf dan mencegak yang munkar. Dan didik anak agar rendah hati dan tidak sombong.
Kemudian, seyogyanya dari pola pengasuhan tersebut dapat terwujud anak yang menjadi penyejuk pandangan orang tua (Alfurqon/25:74). Jangan sampai anak menjadi musuh orangtua, sebagaimana dalam Surat Attagabun/64:14, “Sesungguhnya di antara istri dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu.”
Atau orangtua akan celaka kalau anak-anaknya hanya menjadi cobaan yang mencelakakan orangtua (Attagabun/64:15), akibat harta dan anak-anaknya hanya sekedar menjadi perhiasan kehidupan dunia bagi kedua orangtua (Alkahfi/18:46). Naudzubillah. Semoga berguna!
Opini Mulyanto, Anggota Majelis Pustaka PWM Jatim dan Staf SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya