PWMU.CO – Kegiatan pembiasaan shalat Dhuha dan mengaji Alquran SMP Muhammadiyah 13 Campurejo (Hamas School), Senin (22/7/19), diakhiri dengan sosialisasi cara pengisian buku Muhasabah.
Setiap siswa mendapat satu buku muhasabah dan berkewajiban mencatat amal yaumi (harian) yang telah dilakukan setiap hari.
Sosiali ini di sampaikan oleh Ustadz Badrut Tamam SUd, guru tahfidh Alquran. “Buku yang anak-anak pegang tidak boleh dicoret-coret. Di akhir tahun harus tetap bagus seperti ini. Hanya boleh ditulis di bagian Muhasabah dan setoran hafalan saja,” jelasnya.
Dia menambahkan, wali siswa Hamas School bisa mengontrol ibadah dan hafalan Alquran anak dari buku Muhasabah. Di samping itu, buku tersebut cukup membantu untuk komunikasi wali murid dan asatidz (dewan guru) di sekolah dalam mengontrol akhlak, ibadah, dan hafalan anak.
“Setiap bulan anak-anak harus meminta tanda tangan wali murid, Koordinator akhlak, wali kelas, waka Kesiswaan, hingga kepala sekolah,” terang Tamam.
Ustadz yang telah hafal 30 juz ini menambahkan tips menghafal Alquran. Untuk level newbie memulainya dengan tikrar atau membaca berulang. “Pertama baca dulu tiap hari 3 Juz setelah 10 hari khatam diulang lagi hingga 3 kali sampai 3 kali,” jelasnya.
Hal yang sama, sambungnya, dilakukan dengan intensitas naik menjadi 5 Juz per hari selama 3 kali khatam. “Naik lagi 10 juz ,15 juz hingga sekali duduk harus hatam 30 juz membacanya”, jelasnya.
Dalam satu bulan ini, ujarnya, anak-anak belum menghafal. Tetapi untuk kelas VII dan IX murajaah hafalan. Sedangkan untuk kelas VII dengan cara tikrar (mengulang bacaan) dengan target sekali duduk harus selesai 1 juz membacanya, selama 10 kali.
Kepala Hamas School Nurul Wakhidatul Ummah SKom menambahkan, hafalan itu seperti bangunan. Semakin banyak tiang semakin kokoh. “Tiang itu adalah murajaah, semakin kita lalai murojaah maka bayangkan tiang bangunan ambruk satu persatu. Lama-lama bangunan akan roboh,” ungkapnya.
Menurut Fida, sapaanya, kesuksesan hafalan anak-anak ditentukan dari tiga orang. Pertama orangtua yang selalu mendoakan. Kedua, guru yang serius mengajar, dan dan ketiga, siswa yang serius menghafal. “Tahfidz dan pembinaan cinta Alquran menjadi garapan serius Hamas school,” katanya.
Dia menceritakan salah satu siswanya Dwinta Lajjaratus. Saat masuk siswa itu belum punya hafalan sama sekali tapi sekarang sudah hafal 3 juz. Hal itu dibenarkan Dwinta. “Saat ini alhamdulillah saya sudah 4 juz. Semoga saya bisa menjaganya,” ungkap siswa kelas IX itu.
Fida nenhelasjan, Hamas School juga mengedepankan pembinaan akhlak dan ibadah. “Makanya sejak berdiri kami serius membina dan mengontrol ibadah siswa karena ketika ibadahnya baik maka insya Allah baik pula semuanya,” terangnya.
Hal tersebut menjadi alasan penggunaan buku Muhasabah yang harus rutin ditandatangani wali murid yang sudah disosialisasikan pada pertemuan wali murid 6 Juli 2019.
“Jadi, ketika meminta tanda tangan akan diberikan nasihat karena melihat kondisi ibadah anak-anak,” ujar Fidah. (Ulin Nuha)