
PWMU.CO – Ketua Lazismu Jawa Timur drh Zainul Muslimin menyatakan ritual penyembelihan hewan kurban pada perayaan Idul Adha tidak hanya bernilai ibadah di mata Allah SWT dan berimplikasi sosial. Ternyata dalam ibadah yang berakar pada sejarah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar.
Zainul memaparkan, data perolehan hewan kurban Lazismu se-Jatim pada tahun 2018, misalnya, mencapai 6.866 ekor sapi dan 19.092 ekor kambing.
“Kalau perolehan se-Jatim kita kalkulasi ke dalam rupiah, maka jumlahnya bisa mencapai Zainul Muslimin Rp.191.000.000. Nah, itu baru di internal Muhammadiyah Jatim nilainya sudah hampir dua ratus miliar. Apalagi ditambah yang di luar. Pastinya lebih besar. Bisa mencapai triliunan rupiah,” katanya ketika dihubungi PWMU.CO, Selasa (23/7/19).
Sayangnya, kata dia, potensi ekonomi yang sedemikian besar itu belum tergarap secara maksimal. Apalagi terkelola dengan baik untuk penguatan dan pemberdayaan ekonomi umat Islam.
“Kita itu butuh puluhan ribu hewan kurban setiap tahunnya. Kalau saja kita bisa memenuhi kebutuhan hewan kurban minimal untuk kita sendiri, itu sudah luar biasa nilai ekonominya,” paparnya.
Maka, Zainul pun mengajak warga Muhammadiyah utamanya, serius untuk menggarap potensi ekonomi yang sedemikian besar dari aktivitas penyembelihan hewan kurban. Salah satunya dengan melakukan pemberdayaan para peternakan sapi dan kambing kurban.
“Jangan sampai potensi ekonomi yang begitu besar itu tidak berdampak langsung untuk perberdayaan dan penguatan ekonomi umat Islam. Atau malah diambil oleh orang lain yang notabene bukan Muslim,” ungkapnya.
Alumni Fakultas Kedokteran Hewan IPB itu menyebutkan, saat ini populasi sapi di Indonesia semakin merosot. Begitu pula dengan kambing dan domba. “Sekarang Sapi Kuta sudah mulai impor tidak kurang 750.000 ekor per tahunnya,” tuturnya.
Zainul melanjutkan, mungkin domba dan kambing tidak lama lagi akan bernasib sama. Sebab setiap bulan tidak kurang dari 10.000 ekor kambing disembelih untuk kebutuhan akiqah.
“Nah, yang disembelih itu banyak yang betina karena harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan jantan. Kalau itu terus berlangsung, maka populasi kambing akan turun drastis. Solusinya mungkin dengan impor,” tandasnya. (Aan)