PWMU.CO-Saat pelajaran Bahasa Indonesia, siswa kelas IX SMP Aisyiyah Boarding School Malang berhamburan keluar kelas, Rabu (24/7/2019).
Mereka memilih tempat di halaman, teras, dan sudut sekolah lain. Mojok berkelompok membawa alat tulis untuk mendiskusikan topik yang lagi ramai diperbincangkan oleh masyarakat.
Tugas hari itu menilai pernyataan narasumber pada sebuah dialog interaktif di Youtube. Sebelumnya parasiswa menonton tayangan dialog interaktif yang berjudul Blak-blakan Mendikbud: Menjawab Kontroversi Sistem Zonasi.
Guru Bahasa Indonesia Moh. Anis menjelaskan, pembelajaran ini merupakan aktivitas dari kompetensi dasar mengomentari pendapat narasumber dalam dialog interaktif.
”Saya pilihkan tema sistem zonasi sekolah agar mereka memperoleh informasi itu dari sudut pandang yang lain,” katanya.
”Setelah menyaksikan dialog interaktif, saya kelompokkan mereka dalam kelompok diskusi. Selanjutnya saya berikan mereka kebebasan untuk menanggapi semua paparan dari Pak Menteri. Selanjutnya mereka menyampaikan hasil diskusi di depan kelas,” tambahnya.
Pembelajaran ini memberikan kesan yang bermacam-macam. Widya Kusuma Anggraini, anggota kelompok 4 mengungkapkan, sistem zonasi baik untuk pemerataan pendidikan dan sekolah tapi sosialisasi masih kurang. Buktinya masyarakat belum tahu tujuan program itu.
”Sebelumnya, saya tahu sistem zonasi membuat ribet para orang tua dan anaknya yang ingin melanjutkan sekolah,” lanjutnya. ”Ternyata, sistem zonasi dibuat dengan pertimbangan yang sangat baik untuk kemajuan pendidikan,” ujar ketua IPM sekolah ini.
Senada dengan Mafazatul Ummah. ”Alhamdulillah, setelah pembelajaran tadi saya jadi lebih tahu bagaimana latar belakang dibuatnya sistem zonasi, ternyata tidak seburuk yang saya kira sebelumnya,” katanya.
Tapi ia masih tidak yakin sistem zonasi dapat diterapkan secara baik. Sebab masih banyak masalah yang harus di selesaikan. Seperti proporsi jumlah siswa dengan sekolah negeri. ”Kalau saya bayangkan, kok ribet ya? Saya ragu dengan sistem itu,” ungkapnya. (*)