PWMU.CO –Idul Kurban menjadi topik bahasan Kajian Ahad Pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pare Kediri di halaman Klinik Siti Fatimah, Ahad (28/7/2019). Hadir sebagai penceramah Wakil Ketua PWM Jatim Nadjib Hamid MSi.
Mengutip surat Ash Shafat (37) ayat 102, Nadjib Hamid berkata, pemahaman makna ayat tersebut adalah Nabi Ibrahim mengajarkan pentingnya etika, dialog dalam segala urusan, dan bermusyawarah dalam hal melaksanakan perintah Allah.
Arti ayat 102 dari surat itu, maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu. Dia (Ismail) menjawab, Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.
Menurut Nadjib, bahkan dari ayat itu dapat pula diartikan Nabi Ibrahim mengajarkan etika berdemokrasi. Selalu mengedepankan legitimasi dari berbagai komponen anak bangsa.
”Demikian pula dalam beragama, carilah yang gampang , Allah menghendaki kemudahan bagimu,dan tidak menghendaki kesukaran bagimu,” ujarnya.
Dicontohkan, distribusi daging kurban setelah disembelih boleh diolah dalam kemasan kornet dalam kaleng dimasak rendang yang siap makan. Ini praktis dan awet bisa dibagikan kepada korban bencana alam, anak-anak panti asuhan, orang miskin, juga orang kaya.
Menyambut Idul Adha, Nadjib Hamid menyerukan ada penggalangan masyarakat supaya gemar berkurban. ”Untuk menyerukan seperti ini ternyata sangat diperlukan dakwah bersifat struktural, sistematis, dan massif. Mengedukasi masyarakat agar masyarakat tidak sekadar melihat tapi merencanakan berkurban. Orang yang akan berkurban pada Idul Adha itu mau menabung supaya pada saatnya bisa melaksanakan kewajiban mulia itu,” tandasnya.
Kemudian manajemen distribusi dan cara penyembelihan hewan kurban perlu ditinjau ulang. Mantan Komisioner KPUD Jawa Timur itu berpendapat, pelaksanaan penyembelihan hewan kurban selama ini masih sporadis.
”Orang menyerahkan hewan kurban ke panitia tampak percaya begitu saja, sedang masyarakat yang ingin menikmati daging menunggu dan berharap agar mendapatkan bagian daging. Selepas itu tidak berbekas misi dakwahnya,” ujarnya.
Dia menjelaskan, maksud penyelenggaraan kurban perlunya ditinjau ulang, agar manfaat kurban itu betul-betul mengubah keadaan. Ada perubahan yang baik bagi mudhohi (orang yang berkurban), atau mustahiqnya.
Manajemen kurban, sambung dia, misalnya dagingnya diolah dalam kemasan kaleng manfaatnya lebih lama. ”Jika masyarakat memerlukan kita sudah punya cadangan. Prinsipnya, asal untuk kemaslahatan umat bukan untuk kepentingan pribadi, saya kira tidak ada masalah,” katanya.
Lazismu PWM Jatim, imbuhnya, telah melakukan itu. Ada ribuan kardus berisi kornet daging kurban yang selama ini sangat membantu untuk pertolongan pertama pasokan makanan dalam bencana alam. Membantu orang bertahan hidup dengan gizi yang cukup.
”Sekarang Lazismu PWM Jatim ditunjuk oleh PP Muhammadiyah untuk menjadi pilot project kornet daging kurban dengan harapan agar semua orang bisa meniru ,” tuturnya.
Dalam acara itu PCM Pare membagikan beasiswa dari Lazismu kepada santri Ponpes Darul Muslimin dan dana santunan untuk 22 guru TK ABA. (*)
Penulis Dahlansae Editor Sugeng Purwanto