PWMU.CO – Anggota Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Yunus Muhammady merekomendasikan supaya penerapan kurikulum terpadu di pondok pesantren Muhammadiyah (pontrenmu) bisa sejalan penggunaan buku ajar terbitan LP2 PP Muhammadiyah sehingga bisa menghasilkan output yang optimal.
Rekomendasi itu ia sampaikan dalam acara Silaturahmi Pesantren Muhammadiyah Jatim dan Sosialisasi Penggunaan Buku Ajar yang diadakan oleh Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim.
Acara yang terselenggara di Aula Mas Mansyur Gedung Muhammadiyah Jawa Timur Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Selasa (30/7/19) tersebut diikuti 115 mudir ma’had se-Jatim.
Ustad Yunus, sapaannya, menerangkan, penggunakan buku ajar ini baru akan bisa menghasilkan output yang luar biasa apabila pesantren Muhammadiyah sudah memberlakukan kurikulum terpadu dan terintegrasi.
“Kalau ingin hasil optimal dari penerapan buku ajar, maka pastikan kurikulum pesantren Muhammadiyah harus terpadu alias tidak boleh membedakan antara pendidikan pesantren dan pendidikan formal,” ujarnya.
Ia menyebut, kondisi sebaliknya kemungkinan besar terjadi apabila masih memisahkan atau terdikotomi antara pendidikan pesantren dan pendidikan formal. “Kalau kurikulum pendidikan masih terpisah atau terdikotomi, meski menerapkan buku ajar hasilnya akan kurang optimal hasilnya,” tegasnya.
Maka dari itu, ia mendorong pengunaan buku ajar bisa sejalan dengan penerapan kurikulum pendidikan terpadu. “Dengan sistem terpadu semua anak akan menganggap bahwa ilmu itu berasal dari Allah SWT. Bukan sebaliknya,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, selain kurikulum terpadu, pontrenmu akan bisa menghasilkan output optimal apabila mempu menerapkan sistem pengelolaan pesantren yang baik.
“Sebagaimana kita ketahui pesantren itu lekat atau identik dengan sosok kiai. Rata-rata yang menjadi daya tarik dari pesantren itu adalah karisma dari sang kiai. Lalu apa yang akan kita jual agar tidak kalah. Kan, Muhammadiyah tidak ada sosok kiai. Maka yang kita jual adalah sistem pengelolaan pondoknya. Insyaallah, kita bisa bersaing,” tandasnya. (*)
Penulis Aan Hariyanto. Editor Mohammad Nurfatoni.