PWMU.CO – Ahmad Masduki, anggota tim penulis buku ajar pondok pesantren Muhammadiyah (Pontrenmu), mengatakan salah satu kunci agar para santri pontrenmu bisa mahir berbahasa Arab adalah dengan membiasakan mereka mengucapkan bahasa Arab setiap waktu.
“Metode pembelajaran bahasa Arab paling efektif adalah dengan pembiasaan dan praktik mengucapkan. Bukan sekedar disuruh menghafalkan,” katanya ketika menjadi pemateri acara Silaturahmi Pesantren Muhammadiyah Jatim dan Sosialisasi Penggunaan Buku Ajar.
Acara diadakan oleh Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (LWM) Jatim di Aula Mas Mansyur Gedung Muhammadiyah Jawa Timur Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Selasa (30/7/19) tersebut diikuti 115 mudir ma’had se-Jatim.
Maka, Ustad Masduki—sapaannya—menyerukan supaya para santri setiap hari dibiasakan untuk praktik menggunakan bahasa Arab, yang bisa dimulai dari salam perkenalan, belajar pidato, dan akhirnya membaca kitab berbahasa Arab.
“Pembiasaan berbahasa Arab tentu levelnya harus disesuaikan. Jangan lulusan SD negeri langsung disuruh praktik bahasa Arab. Biasakan mereka mengenal salam perkenalan dulu. Itu tahap awalnya,” tuturnya.
Dia lalu mencontohkan bayi. Dengan seringnya mendengar kata umi atau abi saja akhirnya bisa.
“Itu kan karena terbiasa. Jadi pembelajaran bahasa itu harus diajarkan langsung. Kalau sudah biasa diucapkan setiap harinya. insyaallah, dalam waktu sepekan anak sudah bisa,” tegasnya.
Sebaliknya, ia mengungkapkan, para santri pontrenmu akan susah mahir berbahasa Arab apabila mereka tidak dibiasakan untuk mengucapkan dan mempraktikkan bahasa itu sendiri.
“Jangan kita tidak menegur santri Pontrenmu yang tidak mau membiasakan diri berbahasa Arab dalam kesehariannya. Akibatnya, santri kita tidak akan mahir berbahasa Arab,” terangnya.
Selain pembiasaan berbahasa Arab bagi para santri, Ustad Masduki juga menyebutkan, seorang guru Pontrenmu harus pula mampu memberikan contoh dalam mempraktikan berbahasa Arab.
“Tidak boleh guru Pontrenmu memberikan terjemahan kalau santrinya tidak paham. Kalau menemui kesulitan itu, maka bisa memakai bahasa tubuh. Guru harus mencontohkan,” tandasnya.
Penulis Aan Hariyanto. Editor Mohammad Nurfatoni.