PWMU.CO – Amerika Serikat selama ini dikenal sebagai negara yang cukup sering mengundang orang luar untuk belajar ke negeri mereka. Ada yang durasinya bertahun-tahun, tapi ada juga yang hanya berhari-hari. Kali ini, pengalaman berharga tentang pergaulan lintas bangsa dan agama akan segera dirasakan oleh salah satu pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, DR Biyanto MAg. Pada hari ini (17/6), dia mulai berangkat ke negeri Paman Sam itu untuk mengikuti “Short Term Scholar” di Amerika.
Bidang yang diambil Biyanto adalah Religious Pluralism in the United Stated. Kegiatan ini merupakan salah satu dari program: Study of the U.S. Institute (SUSI) for Scholar. Secara keseluruhan program ini dikelola oleh United States Departemen of State Bureau of Edicational and Cultural Affairs. “Selain materi pengalaman Amerika mengelola pluralitas agama, budaya, dan etnik, kegiatan ini juga diisi dengan study tour ke Los Angeles dan Washington DC,” jelas Biyanto tentang program enam pekan ini, 18 Juni – 31 Juli 2016.
(Baca: Nonmuslim pun Berterima Kasih pada Muhammadiyah dan Ternyata Tata Negara Bangsa-Bangsa Barat Meniru Konsep Rasulullah)
“Bagi saya, program ini akan menjadi pengalaman menarik. Karena ini adalah pengalaman pertama berpuasa dan berhari raya Idul Fitri di luar negeri. Apalagi waktu berpuasa di Amerika tergolong lama. Rata-rata muslim di Amerika berpuasa selama 16 jam, mulai jam 04.25-20.20. Suhu di Amerika saat ini mencapai sekitar 15 derajat (siang) dan 10 derajat (malam),” jelas Biyanto tentang kegiatan dipusatkan di The University of California, Santa Barbara (USBC) ini.
Pengalaman menarik lainnya, tambah Biyanto, program ini diikuti peserta dari lintas negara. Dan, Biyanto menjadi satu-satunya peserta dari Indonesia untuk program Religious Pluralism in the U.S. Ini akan menjadi pengalaman penting belajar bersama peserta program dari berbagai negara. “Seluruh materi akan diajarkan oleh para gurubesar dari UCSB.”
(Baca: Bangsa Indonesia Gagal Berpuasa dari Eksploitasi Alam dan Etika Ber-Medsos Umat Islam Masih Mengkhawatirkan)
Lantas apa yang dibawa Biyanto ke forum lintasbangsa dan lintasagama itu? “Kalau melihat jadwal, memang ada kegiatan sharing antar peserta. Karena itu, saya akan menyampaikan pengalaman Indonesia mengelola diversitas dengan Pancasila sebagai basis ideologi. Kebetulan negara lain kini sedang takjub dengan keberhasilan Indonesia mengelola keragaman. Negara-negara itu juga ingin belajar tentang ideologi Pancasila,” jelasnya.
“Sebagai aktivis Muhammadiyah, saya juga ingin memaparkan konsep Muhammadiyah mengenai negara Pancasila sebagai Darul ‘Ahdi Wa Syahadah. Siapa tahu mereka juga tertarik mengenal Muhammadiyah. Anggap saja ini bagian dari internasionalisasi gagasan Muhammadiyah,” jelasnya kepada pwmu.co. Tentang kelahiran Pancasila di Indonesia, secara spesifik bisa dibuka di link berikut ini: Soal Lahirnya Pancasila 1 Juni, Piagam Jakarta, dan Peran Politik Umat Islam.
Biyanto sendiri berangkat pada hari ini tadi pukul 13.30 wib dari bandara Juanda Surabaya ke Jakarta. Setelah itu, rute penerbangan selanjutnya adalah Jakarta-Tokyo, dan disambung dari Tokyo ke Dallas. Terakhir, Dallas-Santa Barbara. (iqbal paradis)