PWMU.CO – Akhir-akhir ini Indonesia digemparkan dengan kabar tentang gempa bumi magnitude 8,8 skala richter yang berpotensi akan menguncang pesisir selatan pulau Jawa. Gempa itu diprediksi mengakibatkan tsunami setinggi 20 meter.
“Kalau itu benar terjadi bisa dipastikan Tsunami dengan skala yang lebih besar dari Aceh dan Palu bisa saja terjadi,” ujar Anggota Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Priyo Sancoyo kepada PWMU.CO, Jumat (2/8/19).
Lantas, bagaimana cara mengenali tsunami dan gejalanya? Menurut Priyo, tsunami bisa terjadi disebabkan oleh sebuah aktivitas baik di dalam dan atau di atas permukaan laut.
Seperti longsor, letusan gunung, atau benda asing yang jatuh dari langit (tentu dengan volumen yang cukup besar). Dan, yang paling sering dibahas oleh para peneliti yaitu gempa bumi tektonik.
“Penyebab tersering tsunami, yakni sekitar 80-90 persen yang terjadi di Indonesia adalah gempa bumi tektonik,” jelasnya.
Sementara, kata dia, penyebab tsunami selain gempa bumi tektonik sangat jarang terlihat fenomenanya. “Kalaupun itu ada salah satu contohnya adalah tsunami di Selat Sunda yang menerjang daerah Pangandaran, Anyer Banten, dan Lampung Selatan,” paparnya.
Pria asal Pasuruan itu pun menerangkan, tentang dua ciri utama gempa bumi tektonik yang bisa menyebabkan tsunami. Pertama, gempa yang terjadi berlangsung selama 30 detik atau lebih.
Kemudian yang kedua, sambungnya, gempa memiliki kekuatan lebih dari atau sama dengan 7.00 skala richter.
“Nah, kalau kedua ciri penyebab tsunami tersebut tampak biasanya lembaga pemerintah, yakni BMKG akan selalu mengupdate situasi dan potensi tsunami kepada masyarakat,” tuturnya.
Relawan MDMC Jatim yang pernah bertugas di Lombok itu tak lupa membagikan tips bersikap menghadapi musibah gempa yang berpotensi tsunami. Pertama adalah taati segala perintah dan komando yang sudah dikeluarkan oleh lembaga pemerintah tentang situasi ini.
“Kalau pemerintah biasanya BMKG dan BNPB. Kalau di Muhammadiyah bisa MDMC,” terangnya.
Selanjutnya, terangnya, masyarakat diimbau untuk tetap tenang jika merasakan gempa dan segera mungkin mengevakuasi diri ke tempat yang tinggi begitu gempa reda. Juga ingat rumus 20.20.20.
“Jika ada gempa 20 detik, begitu reda evakuasi diri sejauh 20 menit ke tempat yang aman dengan ketinggian setidaknya 20 meter dari tempat asal,” paparnya.
Terakhir, serunya, siapkan sejak dini tas siaga untuk keluarga yang berisi makanan ringan, power bank, alat penerangan, obat-obatan dan selimut. Tak kalah penting sertakan pakain secukupnya.
“Kesiapsiagaan itu penting karena kita hidup di negara yang terletak di atas 3 lempeng aktif bumi. Jadi negara Indonesia ini potensial sekali terjadi bencana gempa dan tsunami,” tandasnya.
Saat berita ini ditulis, terjadi gempa di Banten. Gempa yang semula dikabarkan berkekuatan M 7.4 itu ternyata oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dimutakhirkan datanya.
“Hasil analisis BMKG, gempa berkekuatan M 7,4 yang selanjutnya dimutakhirkan menjadi berkekuatan M 6,9,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers di kantor BMKG, Jalan Angkasa, Jakarta Pusat, Jumat (2/8/2019) seperti dikutip berbagai media. (*)
Penulis Aan Hariyanto. Editor Mohammad Nurfatoni.