PWMU.CO– Kampanye diet plastik dan pengelolaan lingkungan hidup yang ramah di kalangan pesantren menjadi perhatian serius santri Ponpes Al Mizan Muhammadiyah Lamongan.
Di pesantren ini, jika berobat di klinik cukup membayar pakai botol plastik bekas air mineral. Sekarang santri Al Mizan berkreasi memanfaatkan sampah plastik menjadi kerajinan kaligrafi.
Dua santri Fadli Azmi Susilo (kelas 11 Tahfidh) dan Ahmad Maulana (kelas 3) mengumpulkan plastik bekas bungkus sabun lantas digunting kecil-kecil dikumpulkan sesuai warnanya.
Kemudian dia membuat pola gambar di atas kanvas. Gambar yang dia pilih kaligrafi lafadh Allah dan Muhammad. Guntingan plastik itu kemudian dia tempel di atas pola. Kolase, begitu teknik ini disebut. Disusun sesuai warna yang dikehendaki sehingga membentuk variasi warna yang bagus.
Fadli mengatakan, inspirasi itu tiba-tiba muncul ketika melihat banyak bungkus sabun terbuang. ”Saya lihat sampah plastik banyak terbuang. Saya dapat ide untuk mengubahnya jadi kaligrafi ini,” kata dia ditemui di pondok, Selasa (6/8/2019).
Dia bersama Maulana menjelaskan, proses kreatif membuat kaligrafi ini tidaklah lama. ”Kami dapat ide, kami konsultasi dengan beberapa ustad, ternyata mendukung. Langsung kami bekerja. Cuma dua hari selesai,” ujarnya.
Lukisan itu akan dipamerkan di Poskestren Al Mizan. Sekaligus sebagai upaya kampanye menjaga lingkungan dan kesehatan serta mengurangi sampah plastik.
Pembina Bina Prestasi Pondok Pesantren Al Mizan Ustad Zukhal Abdurokhim mengatakan, ide ini dari anak anak. ”Di Poskestren kami kan ada program menukar sampah botol dengan layanan kesehatan, kemudian anak-anak mengusulkan bagaimana kalau buat lukisan, kami setuju dan akhirnya dieksekusi anak-anak,” ungkapnya.
”Ke depan akan kami galakkan terus ide-ide kreatif seperti ini, sebagai komitmen kami dalam mencetak kader mubaligh ulama dan pemimpin,” sambungnya.
Dia mengakui, walau kaligrafi itu belum sempurna, tapi itulah hasil kreativitas anak-anak yang patut dihargai. ”Pesannya juga keren. Untuk menciptakan lingkungan yang ramah di pesantren,” tuturnya. (*)
Penulis Faiz Rijal Izzuddin Editor Sugeng Purwanto