PWMU.CO – Di bawah terik matahari, ratusan siswa yang berbalut pakaian serba putih sedang diam, merenung, dan berdoa, Kamis (8/8/19). Keheningan mewarnai suasana pagi itu. Ketika ‘waktu’ Dhuhur tiba mereka pun melakukan shalat jamak qashar Dhuhur-Ashar secara berjamaah.
Itulah suasana saat 165 siswa kelas V dan VI SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) sedang melakoni ‘wukuf’—salah satu rukun haji. Meskipun hanya berupa latihan, tetapi ‘kekhusukan’ benar-benar menyelimuti mereka.
Selama dua hari sejak Rabu (7/8/19), SDMM menggelar manasik haji untuk siswanya. Selain teori yang diberikan pada hari pertama, para siswa juga melakukan praktik (manasik) haji.
Ketua Panitia Gebyar Dzulhijjah Naharun Mubarok SPd mengatakan, pihaknya menggandeng Badan Tajdid Center (BTC) Kabupaten Gresik dengan Sya’roni SE sebagai pembina utama.
Barok—sapaan akrab Naharun Mubarok—menjelaskan, kegiatan rutin dua tahunan ini untuk mengenalkan siswa tata cara berhaji semenjak dini, mulai rukun hingga kisah haji. “Selain itu sekaligus mensyiarkan rukun islam yang kelima,” ujarnya.
Kegiatan manasik haji ini, kata Barok, tidak hanya dilakukan di sekolah, tapi juga di lingkungan sekitar sekolah. Ia menjelaskan, ada beberapa titik yang menjadi pusat pembelajaran anak-anak.
“Untuk miqat kami tempatkan di Jalan Martapura, halaman SDMM untuk wukuf (Arafah), Muzdalifah kami tempatkan di Jalan Amuntai, Mina di lapangan kecil Jalan Barabai, dan Makkah serta Shafa dan Marwah kami tempatkan di Masjid At Taqwa,” jelasnya.
Barok menambahkan, pihaknya juga bekerja sama dengan Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik sebagai penyedia perlengkapan manasik haji. “Alhamdulillah lebih praktis. Kami tinggal mengganti infaq perawatan dan biaya kirim serta pemasangan,” kata dia.
Dalam pembekalan teori manasik haji di Aula SDMM, Rabu (7/8/19) Ustadz Sya’roni menjelaskan proses haji mulai dari umrah hingga haji Rabu.
Humas BTC PDM Gresik ini bahkan menjelaskan detail ibadah rukun Islam ke lima ini dengan pendekatan jenaka, karena yang diajari siswa sekolah dasar.
“Intasalul, itu adalah paket umrah”, terangnya di awal membuat para peserta terheran-heran. “Ihram, niat, thawaf, sai, dan tahalul itu adalah paket umruh”, terangnya menggunakan jembatan keledai agar siswa mudah menghafal prosesi umrah.
Ayah tiga anak ini juga menjelaskan paket haji yang disebut dengan ihram, niat, wukuf, mabit, jumrah, tawaf, sai, dan tahalul. “Inwumajum tasalul,” katanya menyingkat perjalanan haji agar mudah untuk dihafal oleh peserta.
Selain menerangkan tentang pejalanan haji dan umrah Syaroni juga menejelaskan cara memakai ihram khusus untuk anak laki-laki. Spontan seluruh siswa khususnya yang laki-laki antusias mempelajari cara memakainya yang ternyata ada triknya agar tidak tersingkap auratnya.
“Pertama lipat kain ihram menjadi dua bagian”, katanya sambil memperagakan cara melipat kainnya. Di mana kain ihram itu dibentuk seperti sarung dan lipatan kain bertemu di tangan kiri sedangkan ujung lipatan di tangan kanan.
Kain dibentangkan dan tangan kanan melipat kain ke bagian tengah hanya untuk membantu kain ditangan kiri melipat ke bagian belakang. “Ini hanya untuk lipatan di tangan kiri bagian depan. Tujuannya agar tidak tersingkap aurat paha. Sedangkan bagian belakang akan dilipat ke tengah bertemu dengan ujung kain yang dipegang oleh tangan kanan,” terangnya.
Setelah itu, lanjutnya, kain digulung ke depan layaknya memakai sarung. “Nah dengan cara begini kita tidak akan terbuka auratnya walau kita naik bis sekalipun,” katanya mengundang tawa peserta.
Semua siswa lalu memulai praktik seperti yang sampaikan pemateri. Ada yang kesulitan karena banyak dari mereka bertubuh kecil namun kainnya besar seperti apa yang dirasakan Pradipta Maulana Harda siswa Kelas V Salman Al-Farisi. “Saya merasa kain ihramnya copot-copot. “Sering copot karena gerak. Kalau tidak bergerak sih gampang,” kata Dipta, panggilan akrabnya, sambil tersenyum. (*)
Kontributor Zaki Abdul Wahid dan Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.