PWMU.CO – Kreatif dan inovatif menjadi salah satu kunci dalam sebuah pembelajaran, khususnya media pembelajaran guru. Hal itu ditegaskan oleh Ichwan Arif SS MHum dalam pembinaan guru bertajuk “Inobel yang Kreatif dan Membelajarkan” di SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Sabtu (10/8/19).
Guru SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik itu menceritakan, saat ia mengikuti beberapa presentasi lomba inovasi media pembelajaran, satu pertanyaan yang selalu ditanyakan juri pertama kali adalah apa yang kreatif dari media Anda. “Jadi tidak sekadar kita meng-ATM-i (amati-tiru-motivasi) karya orang lain, tapi bagaimana ketika kita melihat karya orang lain itu modifnya lebih banyak persentasenya,” jelasnya. “Itu lebih penting.”
Pria yang tinggal di Kecamatan Bungah, Gresik itu menjelaskan, kreatif dan inovatif itu menjadi hal yang penting karena di dalamnya ada beberapa unsur.
Pertama, unsur penemuan (invensi). Menemukan itu sangat sulit sekali. “Saya biasanya menemukan ide itu ketika naik sepeda motor perjalanan pulang, terus saya tulis ketika sampai. Atau saat baca koran,” kisahnya.
Kedua, unsur pengembangan (eksistensi). Ini berarti pemanfaatan atau penerapan yang ada dari konsep yang sudah ada. Menurutnya, kreatif dan inovatif itu tidak selalu dimulai dari nol. “Boleh yang sudah ada itu dimodifikasi, diperbaiki, ditingkatkan kembali, disempurnakan. Mungkin kurang apa ditambahi, unsur yang kurang ditambahi,” tuturnya.
Ketiga, unsur penggandaan (duplikasi). “Ini merupakan sebuah refleksi kreatif atau konsep yang telah ada,” ujarnya.
Keempat, unsur sintesis. Ini kombinasi atas yang telah ada di dalam penggunaan atau formulasi baru. “Bahasa kerennya ya meng-ATM-i tapi dengan kombinasi dan penyempurnaan sehingga layak dicap sebagai karya sendiri. Jangan sampai ngecap karya sendiri tapi itu karya orang lain,” tegasnya.
Arif mengajak semua guru untuk menguatkan sisi kreatif dan inovatif, baik dalam pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Inovasi Media Pembelajaran (Inobel). “Dalam PTK, yang penting dari tiap siklus adalah treatment dan evaluasinya, bukan nilai siswa yang selalu naik dari siklus pertama ke siklus selanjutnya,” tutur peraih juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah Guru (LKIG) tahun 2011 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). (*)
Kontributor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.