PWMU.CO-Dialog Nabi Ibrahim dan anaknya, Ismail, yang terekam dalam surat Shaaffaat ayat 102 menunjukkan kepribadian anak yang ikhlas, tawakal, dan beriman kepada Allah. Inilah keberhasilan pendidikan anak yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar.
Hal itu dikatakan Ustadz Mike Miftachoddin dalam khotbah Idul Adha yang diadakan PCM Lakarsantri di halaman MIM 28 Raya Bangkingan Surabaya, Ahad (11/8/2019).
Dia lantas menjelaskan ayat itu. Maka tatkala anak itu sampai pada umur, Ibrahim berkata, anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka tunjukkan pendapatmu. Ia menjawab, hai bapakku apa yang diperintahkan kepadamu, kerjakanlah, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
”Ayat itu menjelaskan bagaimana seorang anak yang diberitahu dirinya mau dikurbankan, langsung percaya kepada bapaknya padahal itu menyebabkan dia mati. Inilah kesadaran keimanan yang tinggi padahal Ismail baru menginjak remaja,” tandasnya.
Untuk bisa berhasil mendidik anak seperti Ibrahim dan Hajar setidaknya laksanakan surat Al Kautsar. Inna a’thoina kal kautsar fasholli lirobbika wanhar.
”Kita sudah mendapatkan nikmat yang banyak diberikan Allah. Sebagai wujud syukur itu kita shalat menyembah Allah. Suruhlan shalat kepada anak-anak kita. Setelah itu menyembelih kurban. Keluarkan harta kita untuk berkurban,” tuturnya menutup khotbah.
Usai shalat Id dilanjutkan dengan memotong hewan kurban yang dikerjakan oleh panitia terdiri pengurus PCM, Aisyiyah, guru-guru MIM 28 dan warga Bangkingan.
Ada tiga sapi dan delapan kambing yang disembelih. Dagingnya dibungkus dalam besek dan daun jati setelah itu dibagikan ke warga sekitar dan jamaah di ranting-ranting. (*)
Penulis Lili Editor Sugeng Purwanto