PWMU.CO – Setapak demi setapak, lift yang membawa peserta Baitul Arqam bergerak perlahan menuju gedung lantai 6 Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Ahad (19/6) pagi. Karyawan RS PKU Muhammadiyah Surabaya, Klinik Utama Rawat Inap dan Bersalin Siti Aisyah, Klinik Al Azhar dan Klinik Al Jihad mengikuti kegiatan rutin tahunan ini.
Setelah menyanyikan “Sang Surya” (mars Muhammadiyah) dr Tjatur Prijambodo M Kes memberi wejangan pada peserta tentang arti penting ber-Muhammadiyah. Selain itu, pengasuh rubrik konsultasi kesehatan di majalah Matan ini menekankan, pentingnya kewaspadaan akan adanya ideologi lain selain Muhammadiyah. Khususnya di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Kesehatan. Beberapa saat kemudian, Tjatur menyampaikan istilah “Waspada Gerakan 4G di AUM Kesehatan.
(Baca: Banyak Mitos di Seputar Menstruasi dan Mitos Mandi Malam Upaya Menjauhkan Muslim dari Tahajud)
Tjatur menjelaskan untuk “G” yang pertama adalah gremeng (menggerutu) terhadap apapun yang sudah diputuskan oleh Muhammadiyah. Mulai dari keputusan PRM sampai dengan PP Muhammadiyah. ”Gerakan ini memprotes keputusan atau Maklumat PP Muhammadiyah. Semisal, tentang penetapan Idul Fitri,” sindirnya.
Kemudian untuk “G” yang kedua adalah gremet (merambat). Kalau “G” yang pertama hanya untuk dirinya sendiri. Maka “G” yang ini, sudah mulai mengajak teman. ”Gerakan ini akan mempengaruhi orang lain untuk ikut gerakannya,” paparnya.
Lanjut Tjatur kalau di AUM Kesehatan sudah ada pengajian rutin, maka gerakan “G” yang ketiga ini akan membuat kajian baru lagi, dan juga ditempatkan di AUM Kesehatan. Apabila mereka sudah menjalankan “G” yang ke 3, Grogoti (menggerogoti). Mereka yang sudah mulai merasa punya pengikut akan berani melawan keputusan Muhammadiyah, bahkan menentangnya.
(Baca: Benarkah dengan Shalat Cita-Cita Bisa Tercapai? dan Mitos Seputar Penyakit Mioma)
“Mereka akan dengan berani mengatakan bahwa kamilah yang benar, Muhammadiyah salah,” terangnya. Dan yang paling mengkuatirkan, tegas Tjatur adalah “G” yang ke 4, Gempur. Pada perjalanannya, gerakan ini akan mengambil alih aset Muhammadiyah dan akan mengelola sesuai dengan manhaj yang mereka kehendaki.
“Pimpinan AUM Kesehatan dan AUM yang lain, harus mewaspadai gerakan ini, jangan sampai aset Muhammadiyah lepas karena keteledoran kita,” imbau Tjatur.
(Baca: Ketika Imam Masjid Muhammadiyah Membaca Qunut)
Di akhir sesi, ayah 4 anak ini menjabarkan, dalam ber Muhammadiyah harus secara simbolik dan esensi. Tidak cukup hanya menempel stiker Muhammadiyah di motor, mobil ataupun rumah. Tetapi juga harus dengan berperilaku Muhammadiyah. Sebaliknya, jika berperilaku Muhammadiyah, tetapi “malu’ mengaku Muhammadiyah, karena tidak memiliki identitas apapun yang menunjukkan bahwa dia Muhammadiyah, juga tidak tepat. “Jadi ber- Muhammadiyah harus secara kaffah,” tandasnya. (aan)