PWMU.CO – Lomba memasak yang diadakan Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) SMAM 1 (Smamsatu) Gresik diikuti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Jumat (16/8/19).
Ada lima Satpol PP. Semuanya cewek. Mereka memaki kerudung hitam, baju coklat, dan topi khas. Mereka seolah ingin membuktikan bahwa sang pengaman ketertiban pun bisa masak.
Tapi jangan salah. Satpol PP yang ini bukan asli. Mereka adalah guru Smamsatu yang mengikuti lomba memasak dengan kreasi pakaian khas satuan pengaman milik pemerintah daerah itu.
Salah satu anggota ‘Satpol PP Samasatu’, Eva Kustiana MPd, mengemukakan alasan memakai seragam tersebut. “Lomba memasak merupakan hal yang biasa. Tapi kami ingin berinisiatif menciptakan sebuah kreasi yang tidak biasa dalam perlombaan ini, yakni memasak dengan mengenakan kostum Satpol PP,” terangnya.
Menurut dia, Satpol PP sudah cukup dikenal khalayak, namun tidak begitu fenomenal. “Kami ingin menyulut semangat para siswa berkreasi dan berinovasi, sesuai dengan semboyan sekolah ini. Di samping itu kami ingin mengajarkan sesuatu yang biasa menjadi luar biasa,” papar dia.
Eva menambahkan, dengan berpakaian ala Satpol PP maka acara lebih menarik. “Kita harus tumbuhkan kreativitas tanpa batas tapi tetap masih dalam koridor yang tidak menyimpang tata aturan sekolah,” jelasnya.
Selain Satpol PP, ada pula kelompok yang menggunakan pakaian ala Masterchef Indonesia—sebuah ajang kompetisi memasak yang ditayangkan salah satu televisi swasta nasional.
Kali ini yang berkreasi seperti itu adalah lima siswa. Dengan kaos warna hitam, mereka mengunakan atribut khas itu masak profesional: topi tinggi alias hat cook berwarna putih dan apron (celemak masak) bermotif papan catur hitam putih.
Begitu juga tim siswa ada yang memakai kostum chef,seolah berlaga seperti chef. Mereka berkreasi mem buat sendiri topi chef.
Menurut Labesita, siswa kelas XII IPA3 yang menjadi grup Masterchef Indonesia ala Smamsatu ini, mereka membuat topi sendiri. “Kostum kita sengaja memakai celemek agar terjaga kebersian baju kita. Untuk topi chef kita pakai sebagai kesan manis,” terangnya.
Lomba memasak ini diikuti guru dan siswa. Setiap tim hanya boleh terdiri dari lima orang. Untuk tim guru, ada tiga kelompok perempuan dan satu laki-laki.
Akhmad Yoni Risal SPd, salah satu guru peserta lomba, mengatakan selain memeriahkan acara HUT Kemerdekaan 17 Agustus 9145, keikutsertaannya adalah untuk menali kebersamaan antarguru dan siswa. “Sehingga bisa menjadi nilai positif bagi warga SMA Muhammadiyah 1 Gresik,” ujarnya.
Hal itu diamini Emy Nurhayati SPd Kim, guru lainnya. “Alhamdulillah dengan adanya lomba memasak suasana kebersamaan semakin terasa dalam menyemarakkan kemerdekaan,” ucapnya.
Bendahara Panitia Amira Yashinta Salsabila bersyukur karena beberapa guru berpartisipasi dalam acara ini. “Apalagi ada tim guru yang memakai kostum unik. Tim siswa juga kostumnya menarik sehingga lomba memasak menjadi semarak. Melihat semua senang saya jadi senang, puas, dan bangga pada peserta lomba,” kesannya.
Rulita Aqies SSi—guru yang jadi juri—mengatakan lomba ini sebagai sarana apresiasi kecakapan guru dan siswa di bidang kuliner. “Ajang ini juga membuktikan bahwa guru dan siswa kita bisa berinovasi dari bahan kentang dan telur menjadi olahan yang beraneka ragam, yaitu masakan Chinese, Western, dan Indonesian,” komentarnya.
Kepala Smamsatu Ainul Muttaqin SP MPd memberikan dukungan sepenuhnya pada acara ini. “Kegiatan pembelajaran dalam bentuk kegiatan outdoor activity (kegiatan di luar) seperti ini menjadi media pembelajaran yang sangat baik khususnya pembelajaran karakter,” ujarnya.
Menurut dia, karakter kerja sama, nasionalisme, tanggung jawab, dan saling menghormati terbentuk melalui kegiatan memasak. “Kreativitas pun muncul melalui kegiatan ini. Saya sangat bangga dan mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh PR IPM Smamsatu Gresik ini. Semoga di tahun depan bisa diselenggarakan lagi yang lebih baik,” harapnya.
Eka Sulistia M, peserta siswa kelas XII IPS 3, sangat senang bisa mengikuti lomba. “Menyenangkan, kreativitas siswa meningkat dalam mengolah kentang dan telur menjadi berbagai macam masakan,” ujarnya.
Kontributor Nina Yovanti WN Saputra. Editor Mohammad Nurfatoni.