PWMU.CO – Ber-Muhammadiyah di luar negeri tidaklah semudah di dalam negeri. Selalu ada tantangan dan rintangan yang muncul. tapi di sisi lain, ada juga hal-hal menarik bahkan istimewa yang dirasakan.
Salah satu tantangan yang dirasakan oleh Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia Dr Sonny Zulhuda adalah masalah legitimasi.
Hal ini disampaikan oleh Sonny, sapaan akrabnya saat diwawancarai usai pertemuan rombongan Rihlah Dakwah IV PWM Jatim dengan Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Klang Lama di Hall Apartemen Mutiara Klang Lama, Kuala Lumpur, Senin (19/8/19).
Menurut Sonny, gerakan kita saat ini belum resmi. Artinya belum terdaftar sebagai LSM. ”Tetapi kita sudah diayomi oleh KBRI sehingga kita bisa bergerak. Hanya akan beda kalau sudah resmi, maka gerakannya akan lebih mudah,” ujar pria yang juga dosen International Islamic University Malaysia.
Dia mengatakan, ke depannya kita pikir lebih panjang kalau sudah banyak warga kita yang permanen residen akan diresmikan sebagai sebuah LSM di Malaysia.
Dari segi pergerakan, sambung dia, dakwah tidak lepas dari ajaran-ajaran Muhammadiyah yang tidak selalu sama dengan paham yang berlaku di masyarakat Malaysia. ”Ambil contoh Muhammadiyah yang tidak mengikat kepada salah satu mazhab sementara di sini sangat Syafiiyah,” terang pria yang tinggal di Kuala Lumpur ini.
Dalam hal ubudiyah atau beberapa ritual kita tidak bisa demonstratif karena nanti bisa menimbulkan sensitivitas. ”Kita tetap ada kerjasama dengan orang-orang Malaysia tapi kita hindari hal ritual ubudiyah tetapi pada gerakan sosial atau amal usaha seperti bikin khitan bersama dengan mereka,” paparnya.
Tantangan selanjutnya adalah pro dan kontra dari segi sumber daya manusia (SDM), katanya. Pro-nya kita punya basis massa cukup kuat. Orang-orang Lamongan ini kuat dan militan sekali.
Hanya pada saat yang sama kita juga perlu sebagian sumber daya untuk membentuk organisasi yang lebih rapi. ”Jadi kita perlu tenaga-tenaga yang profesional. Kita masih terbatas dalam segi itu,” jelasnya.
Memang ada sebagian teman-teman buruh migran yang bagus tetapi masih kurang jumlahnya. ”Sebenarnya bisa berharap dari teman-teman yang ekspatriat atau mahasiswa, tetapi tantangannya mereka itu datang dan pergi tidak permanen. Punya program bagus tapi kadang tidak bisa berkelanjutan,” imbuh pria kelahiran Jakarta ini.
Unik dan istimewanya kita menjadi perhatian khusus. Kita sangat menikmati posisi di luar negeri, sehingga sering berada dalam pusaran kegiatan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. ”Jadi kita selalu dilibatkan. Ini merupakan rahmat sekaligus berkah bagi kami,” tuturnya.
Dikatakan, mungkin bagi bapak-ibu di sini bertemu dengan tokoh-tokoh agak susah. Jangankan dengan PP, bertemu PWM saja kadang jarang dan mungkin susah. Tetapi di sini mereka dapatkan semua kesempatan itu.
Secara keseluruhan semua orang PP pernah ke sini. ”Mereka bisa ngobrol bareng, makan bareng, foto bareng, tukaran nomor ponsel. Itu kan susah dan istimewa bagi mereka. Network seperti itu kan juga mahal,” pungkasnya. (*)
Penulis Sugiran Editor Sugeng Purwanto