PWMU.CO– Pendidikan anak tidak serta merta menjadi urusan sekolah. Peran keluarga sangat penting juga. Oleh karena itu antara sekolah dan keluarga haruslah bermitra.
Demikian yang disampaikan ole Dr Hj Itje Chodijah MA, konsultan dari British Council dalam acara parenting yang diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat), Sabtu (24/8/19).
Acara ini bertema Mengantarkan Masa Depan Gemilang Generasi Milenial. Terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama untuk orang tua siswa kelas III, pukul 08.00-10.00.
Sesi kedua untuk orang tua siswa kelas VI, pukul 10.30-12.30. Sedangkan sesi yang ketiga untuk orang tua kelas IV dan V, pukul 14.00-16.00. Sementara parenting untuk orang tua kelas I dan II pada hari Ahad, pukul 08.00- 10.00 dan pukul 10.30-12.30.
Bunda Itje, panggilan akrabnya, memberikan empat tips tentang bagaimana bentuk mitra antara sekolah dan keluarga. Pertama, memahami perkembangan anak. Ia menjelaskan, anak usia SD, antara umur 7-12 tahun adalah masa inisiatif dan cenderung merasa bersalah.
”Oleh karena itu janganlah anak diberi beban kognitif yang terlalu berat supaya perilakunya bisa berkembang,” jelasnya.
Tips kedua adalah memahami kebutuhan anak sesuai perkembangan. Menurutnya anak usia SD adalah masa bermain. Karena itu belajar sambil bermain sangat membantu. Hal itu tidak hanya membantu perkembangan fisiknya namun juga membantu mengembangkan berpikir kreatif dan kemampuan kognitifnya.
”Tapi permainanya juga tidak boleh sembarang, harus terukur termasuk risiko juga sudah dipertimbangkan dengan baik,” imbuhnya.
Tips ketiga adalah melakukan komunikasi positif. Menurutnya, hubungan sekolah dan keluarga bukanlah hubungan transaksional, akan tetapi complementary. Yaitu hubungan yang saling.
Ia kemudian mencontohkan orang tua yang ahli matematika sedang mendampingi anaknya belajar. Ternyata ada cara ataupun hasil pekerjaan anak yang salah. Maka janganlah sekali-kali bilang kepada anak bahwa gurumu tidak becus.Bisa menimbulkan rasa tidak percaya kepada guru.
Seharusnya dilakukan komunikasi hal tersebut dengan guru. ”Nah itulah komunikasi positif dan efektif. Membangun trust bukan hanya antara orang tua dengan guru, namun juga dengan anak,” ujarnya.
Tips yang terakhir adalah memiliki kompetensi inti yang diperlukan pada era industri 4.0. Menurutnya kompetensi yang harus dimiliki itu antara lain berpikir kritis dan problem solving, kreatif dan imajinatif, komunikasi dan kolaborasi, kesadaran atas kewarganegaraan, digital literacy, research skill, pengembangan personal dan leadership.
Ia menegaskan, nilai bukanlah segala-galanya. Ia ibarat hanyalah tiket masuk lapangan dan bukan berarti bisa bermain. Yang bisa bermain hanyalah mereka yang mempunyai kompetensi. (*)
Penulis Muhimmatul Azizah Editor Sugeng Purwanto