PWMU.CO – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merupakan salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) terbesar di Indonesia. Dalam 9 tahun terakhir, ia dinobatkan sebagai Universitas Terunggul pertama di Kopertis VII Jawa Timur. Kesuksesan itu tentu tidak lepas dari tangan dingin para rektornya, yang salah satunya adalah Prof Muhadjir Effendy. Dalam Baitul Arqam dosen dan tenaga kependidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), Senin (20/6), Muhadjir berbagi tips membesarkan PTM.
Menurut Muhadjir, setidaknya ada 5 jurus utama dalam membesarkan PTM. Yang perlu dikuatkan untuk pertama kali adalah ideologi. “Harus ditanamkan kepada dosen maupun karyawan bahwa pengabdian dalam Muhammadiyah bukan sesuatu yang kebetulan. Tapi keberuntungan dan pilihan yang tepat,” jelasnya.
(Baca: Pertahankan Kampus Terunggul untuk Kali ke-9, UMM Fokus Hilirisasi Hasil Riset dan Ini Asal Muasal Baitul Arqam dalam Pengkaderan Muhammadiyah)
Karena itu, tambah Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2015-2020 ini, seharusnya karyawan di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) harus lebih bersemangat. Sebab, ada ghirah yang menggerakkan dan menjadi amal baik untuk semua. Setiap pihak harus memaknai bahwa ber-Muhammadiyah itu harus bisa melakukan internal positif.
“Contohnya adalah ketika tunjungan kita di bawah rata-rata dengan perguruan tinggi yang lain, sebenarnya ada makna spiritual yang mendalam. Sebab, ini berarti ketika kita kerja di AUM, berarti ada infaq yang kita berikan kepada Muhammadiyah,” urai Muhadjir memberi makna spiritual dalam bekerja.
Jurus kedua yang diungkap Muhadjir adalah pembagian tugas sesuai dengan peran masing-masing pihak. Dalam sebuah AUM, setiap orang yang terlibat di dalamnya harus bisa membagi peran. “Muhammadiyah adalah alat untuk perjuangan dalam menegakkan agama Islam. Lembaga yang sehat adalah menampilkan semua potensi potensi dan minat bakatnya bisa tertularkan dan bisa mengembangkan lembaga tersebut.”
(Baca: 4 Unmuh Masuk 19 Kampus Unggul Se-Jatim: UMM Juara Pertama sejak 9 Tahun Lalu dan Kajian Ramadhan Ini akan Terkenang hingga Akhir Hayat)
Jurus yang ketiga adalah dalam masalah pengelolaan keuangan. Dalam kaitan ini, Muhadjir berpandapat bahwa laporan keuangan sebaiknya tidak usah “jlimet”. Tapi harus dapat memudahkan bagi siapa pun dalam membuat laporan pertanggungjawaban. “Terkadang yang membuat kita malas adalah ketika akan membuat laporan pertanggungjawaban tentang keuangan terbilang njlimet.”
Jurus yang keempat adalah memperbaiki sistem sebuah PTM, baik dalam masalah input, proses, hingga output. “Jika kampus, berarti inputnya adalah calon mahasiswa. Karena itu, semua civitas akademika harus berpartisipasi juga dalam mencari mahasiswa baru,” jelasnya lagi.
(Baca: Ciri Islam Berkemajuan Itu Membuka Pintu Ilmu Pengetahuan dari Berbagai Penjuru Dunia)
Adapun proses terkait dengan masalah yang terakit dengan proses pembelajaran dan pembinaan mahasiswa. Sedangkan untuk output, tambah Muhadjir, adalah lulusan yang bisa segera mendaptkan pekerjaan setelah lulus atau bahkan telah dipesan oleh stakeholder sejak jauh-jauh hari. “Dan mahasiswa harus bangga menjadi lulusan tersebut.”
Sementara jurus yang terakhir, kata Muhadjir, setiap pimpinan AUM jangan pernah merasa nyaman di zona aman. “Kita harus punya kompetitor yang dengannya kita bisa meningkatkan secara kuantitas maupun kualitas,” jelasnya. Masih terakit dengan kompetitor (pesaing), Muhadjir berpesan jangan membuat pengelola AUM merasa takut. Sebab keberadaan kompetitor memacu kita untuk semakin bangkit dan terus maju. Selamat mencoba! (Dede Nashrullah)