PWMU.CO – Bangsa maju memiliki kepemimpinan berpikir kritis. Muhammadiyah memiliki tradisi berpikir kritis yang tumbuh puluhan tahun. Ini adalah kunci untuk mengembangkan semua potensi untuk memajukan bangsa.
Hal itu disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat memberi sambutan latihan bersama 3.000 pendekar perwakilan Tapak Suci dari 14 negara di Stadion Sriwedari Solo, Ahad (1/9/19).
Acara ini merupakan rangkaian kejuaraan dunia Tapak Suci I yang diselenggarakan di Solo berlangsung Ahad-Kamis (1-5/9/19). Kejuaraan bertajuk Pendidikan Karakter dan Latihan bersama Tapak Suci untuk Memperkuat Jati Diri Bangsa yang Berbudaya.
Anies mengatakan, Perguruan Silat Tapak Suci ini diumapamakan seperti bibit. ”Bila bibit yang unggul ditempatkan pada tanah yang subur, lalu mendapatkan iklim yang sehat, maka bibit yang baik itu akan bisa tumbuh berkembang dan akhirnya menjadi pohon yang memberikan manfaat.
Perguruan Tapak Suci ini, sambungnya, menjadi wahana tempat bibit itu tumbuh. Karena bisa menumbuhkan suasana yang sehat, agar bibit terbaik bisa tumbuh berkembang dengan baik.
Persyaratan-persyaratan untuk bisa tumbuh, yang kita butuhkan ke depan, adalah orang-orang yang memiliki jiwa bersatu. ”Akhlak bersatu itu karakter. Dulu karakter masih bisa dikompromi, tapi sekarang tidak bisa,” ucapnya.
Anies mengatakakan, sekarang kalau masuk dunia usaha bila catatan keuangannya tidak rapi, maka tidak bisa mendapatkan investor. Mengapa karena kekuatan ada pada karakter dan salah satu unsur utamanya adalah integritas. Lainnya akhlak dan kinerja.
”Kita ingin jujur, berintegritas, memiliki sifat rendah hati, tapi jangan diiringi dengan sifat malas, kerja tak tuntas,” tuturnya.
Anies berharap Perguruan Tapak Suci menjadi tempat munculnya pribadi-pribadi dengan karakter dan kemampuan berpikir kritis. ”Pemilik masa depan adalah mereka yang mampu berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi, dan berkolaboratif,” tuturnya. (*)
Penulis Slamet Hariadi Editor Sugeng Purwanto