PWMU.CO – Siswa Kampuh Welding Indonesia Surabaya kembali menunjukkan prestasinya pada Kejuaraan Welder International (ARC Cup) di Beijing China, (5-10/9/19). Kejuaraan ini merupakan ajang tahunan yang diikuti perwakilan hampir seluruh negara di dunia.
Zaid Yuliadi, salah satu Official Kampuh Welding Indonesia bersyukur Indonesia meraih juara I Firts Prize dan tiga untuk kategori Finish Product SMAW, GMAW, FCAW, dan GTAW atas nama Muhammad Lutfi Zainul, serta juara 2 Firts Prize kategori SMAW juga atas nama Muhammad Lutfi Zainul. Seain itu, Indonesia juga meraih juara III untuk proses GMAW oleh Masudah Chumairoh. “Dua siswa Ini merupakan wakil yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di kejuaraan dunia Welder ini,” ujarnya langsung dari arena penutupan lomba di Beijing China.
Masbukhin—yang juga menjadi official dari Kampuh Welding Indonesia—menjelaskan, Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah salah satu jenis proses pengelasan atau penyambungan bahan logam yang menggunakan sumber panas dari energi listrik yang diubah atau dikonversi menjadi energi panas.
Pada proses las GMAW ini, kata dia, menggunakan kawat las yang digulung dalam suatu roll dan menggunakan gas sebagai pelindung logam las yang mencair saat proses pengelasan berlangsung. Ia menambahkan, proses pengelasan GMAW ini terjadi karena adanya perpindahan ion anoda dan katoda pada base metal dan logam pengisi sehingga menyebabkan timbulnya energi panas yang menyebabkan logam induk dan filler metal mencair.
Pada teknik las GMAW, lanjutnya, Masudah Chumairoh meraih juara II pada kejuaraan ini. Las GMAW adalah sebuah proses penyambungan logam yang menggunakan energi panas untuk mencairkan benda kerja dan elektroda (bahan pengisi).
Ia menjelaskan, energi panas pada proses pengelasan GMAW dihasilkan karena adanya lompatan ion (katoda dan anoda) listrik yang terjadi pada ujung elektroda dan permukaan material. “Pada proses pengelasan GMAW jenis pelindung yang digunakan adalah selaput flux yang terdapat pada elektroda,” ujarnya.
Flux pada elektroda GMAW, kata dia, berfungsi untuk melindungi logam las yang mencair saat proses pengelasan berlangsung. Flux ini akan menjadi slag ketika sudah padat. “Alhamdulilah dengan memakai peralatan terbaru, siswa Kampuh Welding Indonesia ternyata mampu membuktikan ketrampilannya,” ujarnya penuh syukur.
Zaid Yuliadi, Ketua Tim ARC Cup Beijing 2019 menyampaikan, kejuaraan dunia ini merupakan ajang para welder untuk unjuk kebolehan teknik pengelasan pada produk sesuai yang dilombakan oleh panitia. “Alhamdulillah siswa Kampuh Welding Indonesia bisa mengharumkan nama negara pada kejuaraan dunia segingga bisa menunjukkan kualitas Welder Indonesia di kancah international,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Kampuh Welding Indonesia Moehammad Munir yang mendampingi tim selama kejuaraan dunia Welder di Beijing mengatakan, semua siswa yang mengikuti kejuaraan dunia Welder di Beijing Cina 2019 ini telah dipersiapkan beberapa bulan sesuai dengan kategori lomba. “Para welder inspektur dan welder supervisor dengan telaten membimbing mereka sehingga dapat mencapai prestasi pada kejuaraan ini,” ujarnya.
Menurutnya, capaian ini melanjutkan yang telah diraih tahun 2018 dengan keberhasilan memborong medali. Pada tahun 2019 ini, lanjutnya, anak-anak juga bisa menunjukkan prestasi terbaik pada kejuaraan welder tingkat dunia. “Semoga pada event berikutnya Kampuh Welding Indonesia bisa ikut berpartisipasi lagi dan dapat meraih prestasi yang gemilang membawa nama harum Indonesia di kancah International,” harapnya. (*)
Kontributor Syaifulloh. Editor Mohammad Nurfatoni.