PWMU.CO – Negeri tercinta berduka. Presiden Ke-3 Republik IndonesiaI, Prof BJ Habibie, meninggal dunia dalam usia 83 tahun (1936-2019).
Sepanjang hayatnya, Habibie telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Dunia mengenal Habibie sebagai Bapak Teknologi. Di negeri tercinta Habibie pun dikenal sebagai peletak dasar teknologi dirgantara.
Begitu besar jasanya, hingga warga bangsa ini sudah selayaknya memberikan penghormatan tertinggi. Pengibaran bendera setengah tiang sebagai wujud kehilangan putera terbaik terasa tidak sebanding dengan reputasi dan jasanya.
Di samping sebagai teknokrat, bangsa Indonesia mengenal Habibie sebagai Bapak Demokrasi. Meski sangat singkat menjabat presiden (1998-1999), Habibie menghadirkan banyak perubahan.
Banyak kebijakan yang dibuat Habibie untuk menyambut era baru Indonesia. Habibie sukses mengawal transisi pemerintahan dari era Orde Baru ke Era Reformasi. Untuk menyambut suasana baru yang diwarnai keterbukaan itulah, Habibie memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi warga bangsa untuk berserikat, berkumpul dan berpendapat.
Undang-undang kepartaian yang menjadi dasar hukum pelaksanaan Pemilu 1999 juga lahir pada masa pemerintahan Habibie. Dengan undang-undang itu, banyak partai politik lahir sekaligus menjadi kontestan pemilu pertama di era reformasi.
Dunia mengapresiasi presiden Habibie karena sukses menyelenggaran pesta demokrasi yang benar-benar bebas, rahasia, jujur, dan adil. Jadi, sangat kontras dengan masa Orde Baru yang pemenangnya sudah diketahui jauh sebelum pelaksanaan pemilu.
Bukan hanya sukses mengawal pemilu, Habibie juga membebaskan begitu banyak tokoh yang menjadi tahanan politik pemerintah Orde Baru. Para tahanan politik itu dibebaskan Habibie setelah mendekam sekian lama di penjara.
Mereka dipenjarakan pada masa Orde Baru karena acapkali mengkritik pemerintahan Soeharto. Sekat pribumi dan nonpribumi juga sangat mencair semasa kepemimpinan Habibie.
Habibie juga berperan besar dalam memberikan kebebasan pers. Berbeda sama sekali dengan era orde baru yang sering mengekang media.
Akhirnya, kita ucapkan selamat jalan Bapak Demokrasi. Semua jasamu akan tercatat dengan tinta emas dalam sejarah bangsa Indonesia. (*)
Kolom oleh Biyanto, Dosen UINSA dan Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.