2. Mengunjungi Bung Karno di Pengasingan
Pada tahun 1938, Bung Karno menjalani masa pembuangan yang kedua oleh penjajah di Bengkulu. Bung Karno segera mendapatkan banyak teman dari kalangan pergerakan, terutama Muhammadiyah. Bahkan langsung bergabung dengan menjadi ketua Majelis Pendidikan dan Pengajaran. Ia pun dengan senang hati menaiki sepeda onthelnya memberikan pengajaran pada siswa/ siswi Madrasah Muhammadiyah di Kebun Roos.
Tahun 1941 diadakanlah konferensi Muhammadiyah untuk seluruh Sumatera atas prakarsa Bung Karno. Kota Bengkulu pun semarak dengan kegiatan konferensi ini, apalagi KH Mas Mansur selaku ketua Pengurus Besar Muhammadiyah juga hadir. Keputusan dari konferensi ini adalah peningkatan tenaga pengajar, peningkatan mutu pendidikan, pelajaran agama dan umum berimbang meliputi kurikulum, metodologi penyempurnaan administrasi sekolah dan perserikatan. Juga dibahas para pengajar Muhammadiyah diminta agar menanamkan rasa cinta bangsa dan tanah air, di samping cinta agama.
Setelah konferensi, Mas Mansur tetap meluangkan waktu untuk menemui Bung Karno. Layaknya dua pejuang yang dipisahkan oleh ruang dan waktu, selain melepas kangen, keduanya pun berdiskusi tentang kondisi kebangsaan serta mencari solusinya. Tidak ketinggalan, selama Mas Mansur melakukan dakwah di Sumatera, sebisa mungkin menjenguk Bung Karno di Bengkulu.
Bukan saja saat Bung Karno dalam pengasingan di Bengkulu, hubungan keduanya terjaga dengan baik. Sejak Bung Karno masih di pengasingan Ende, keduanya saling berkorespondesi bertukar pikiran tentang dinamika Islam dan langkah-langkah untuk memudakan pengertian Islam. (kholid)
Hanya Bung Karno yang Bisa Lunakkan Mas Mansur ….. halaman 4…