PWMU.CO – Muzammil Hasballah menyapa siswa-siswi SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik—atau yang biasa disebut Smamio—pada kegiatan Guest Teacher, Jumat (13/9/19).
Dalam acara yang dilaksanakan di Cordoba Convention Hall itu Muzammil mengatakan untuk menjadi dai tidak perlu menunggu sempurna. “Saya bukan dai karena ilmu saya belum cukup apabila disejajarkan dengan orang orang yang ahli agama. Tapi, untuk menjadi dai tidak perlu menunggu untuk sempurna,” ujarnya di hadapan seluruh siswa dan Ikatan Wali Murid (Ikwam) Smamio.
Muzammil menjelaskan untuk berdakwah tak harus mempunyai gelar Sarjana Agama Islam ataupun lulusan Universitas Islam luar negeri. “Mari kita berdakwah sesuai dengan profesi kita masing-masing,” terangnya.
Misalnya, sambungnya, seorang arsitek bisa berdakwah dengan cara mendesain masjid yang sesuai dengan kebutuhan umat. “Lalu, seorang dokter bisa berdakwah dengan cara mendedikasikan dirinya di daerah pelosok untuk membantu masyarakat yang masih kekurangan tenaga medis,” kata dia memberi contoh.
Para pengusaha pun, menurut Muzammil, bisa berdakwah di tengah kesibukannya dengan terus rajin bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan. “Jadi tidak harus jadi ustadz untuk berdakwah karena dakwah itu memberikan solusi dan mengikat hati,” ujar alumnus Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.
Tak hanya tentang dakwah, dia juga menjelaskan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan Alquran itu akan dimuliakan oleh Allah. “Alquran merupakan firman Allah sebagai penolong dan obat bagi kita semua,” ucapnya.
Menurutnya, generasi awal dari kalangan Sahabat banyak yang mendapatkan hidayah dari Allah dan akhirnya masuk Islam karena mendengarkan tilawah Alquran. “Juga ada di antara mereka yang mendapat motivasi beramal yang sangat kuat sebagai efek dari tilawah,” ujarnya di forum yang juga dihadiri empat kepala sekolah di lingkungan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB itu.
Dia menjelaskan, ada tiga unsur dalam diri manusia yang menghasilkan motivasi amal yang besar sesuai dengan pesan ayat yang dibaca. Tiga unsur tersebut adalah lidah, akal, dan hati.
Keterlibatan lidah, ujarnya, akan menghasilkan kesitikamahan dalam membaca dan mentartilkan Alquran. “Sedangkan keterlibatan akal adalah upaya memahami atau mentadaburi makna dari ayat yang dibaca,” terang dia.
Yang terakhir, lanjutnya, adalah upaya mengikuti hati untuk mengikuti pesan-pesan yang diajarkan Allah dalam Alquran.
Muzammil berpesan kepada siswa Smamio agar tetap memuliakan Alquran. “Kalau hatimu belum tenang, maka bukalah Alquran,” pesannya. (*)
Kontributo Disa Yulistian. Editor Mohammad Nurfatoni.