PWMU.CO – Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Dr Taufiqullah MPdI menekankan pentingya penguatan nilai karakter islami di sekolah Muhammadiyah.
Ustadz Taufiq, sapaan akrabnya, menyampaikan hal itu dalam dalam Rapat Koordinasi dan Workshop Kepemimpinan Sekolah Efektif yang digelar Majelis Dikdasmen PDM Gresik di SMK Muhammadiyah 5, Surowiti, Panceng, Gresik, Sabtu (14/9/19).
“Penting sebagai pengelola sekolah untuk memahami islam melalui dalil dan mengimplementasikan Islam dalam semua aspek kehidupan secara kaffah. Di sekolah bisa diimplementasikan melalui budaya organisasi sekolah,” terangnya.
Menurutnya budaya organisasi dapat membentuk identitas sekolah sekaligus menjadi pembeda antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya.
“Tidak semua sekolah berhasil mengarahkan para individunya untuk membentuk budaya organisaai sesuai visi, misi, dan tujuannya. Sekolah Muhammadiyah meskipun dikategorikan sekolah islam belum tentu perilaku warganya dapat membentuk budaya organisasi yang menverminkan ajaran islam dan nilai-nilai kemuhammadiyahan,” ucapnya.
Dia menjelaskan, pembentukan budaya organisasi berawal dari falsafah hidup pendiri organisasi. “KH Ahmad Dahlan mempedomani Alquran surat Ali Imran ayat 104 menjadi landasan dan pedoman hidup bagi warga sekolah,” jelas dia. Implementasi budaya organisasi, sambungnya, terdiri dari unsur dan dimensi budaya organisasi.
Unsur budaya organisasi meliputi, pertama unsur keyakinan. Menurut Ustadz Taufiq unsur keyakinan harus ditampakkan dalam tulisan ataupun lagu. Juga unsur keyakinan tampak dituliskan dalam tata tertib sekolah yang berkaitan dengan etika, estetika, dan kesopanan.
Kedua, unsur adalah nilai. Dia menjelaskan, nilai-nilai Islam dan Kemuhammadiyahan yang muncul menjadi budaya di sekolah adalah nilai tajdid dalam bentuk penerapan ajaran islam yang murni dan pola pikir maju.
Ketiga, unsur bahasa. Sekolah Islam harusnya memiliki budaya berbahasa Arab yang lebih kuat. “Di samping bahasa Arab perlu ditambah dengan bahasa asing sebagai pilihan,” ujarnya.
Keempat, unsur legenda. Foto KH Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah beserta logo Muhammadiyah harus ada di amala usaha Muhammadiyah (AUM). “Cerita tentang perjuangan KH Ahmad Dahlan harus mampu memberikan inspirasi kepada sebagian besar individu warga Muhammadiyah dengan tujuan untuk mencerdaskan bangsa Indonesia,” terangnya.
Kelima, unsur ritual. Ustadz Taufiq penguatan dan penumbuhan semangat baru warga sekolah diciptakan melalui peringatan hari besar Islam. “Seperti tahun baru Hijrah,” ujarnya.
Keenam, unsur iklim. “Penerapan aspek iklim ini dalam bentuk pemberian kesempatan bagi guru muda untuk memimpin sekolah dengan tujuan untuk memudahkan regenerasi kepemimpinan,” terangnya.
Ketujuh, unsur struktur fisik. Sarana fisik sekolah Muhammadiyah tampak pada fungsinya sebagai tempat belajar mengajar yang islami dan tempat beribadah baik mahdhah maupun ghairu mahdhah.
Ustadz Taufiq juga menjelaskan tentang dimensi budaya organisasi yang meliputi, pertama dimensi keterlibatan. “Dimensi keterlibatan warga sekolah terhadap kegiatan sekolah dipandang memiliki fungsi yang baik dalam meningkatkan kompetensi warga sekolah,” ujarnya.
Kedua, sambungnya, dimensi konsistensi. Dalam bentuk kegiatan konsolidasi, koordinasi dan integrasi menumbuhkan hubungan yang harmonis antar individu di sekolah.
Ketiga dimensi adabtabilitas. “Guru junior dioptimalkan untuk membimbing murid baru sedang guru senior dioptimalkan mendampingi guru yang baru,” pesannya. (*)
Kontributor M Fadloli Aziz. Editor Mohammad Nurfatoni.