
PWMU.CO – Guru Muhammadiyah bukan sekadar bekerja tetapi harus lebih yaitu memiliki mental berkarya.
Dirjen Informasi Komunikasi Publik Kementerian dan Informatika Republik Indonesia Prof Dr Widodo Muktiyo menyamaikan pesan itu dalam Seminar on Education and National Conference, di Dome UMM, Sabtu (21/9/19).
Widodo mengilustrasikan dengan seorang seniman lukis. Kalau seniman bekerja akan menghasilkan karya terbaik, monumental. “Guru adalah menggoreskan anak didiknya kayak apa nantinya,” kata dia.
Maka, menurutnya, guru bukan sekadar menjalankan rutinitas mengajar tetapi di situ dia sedang mentransfer pengetahuan dan karakter. “Pada kata terakhir itulah (karakter) penekanannya,” ujarnya.
Widodo menjelaskan sekolah Muhammadiyah harus fokus pada program keunggulan karakter ini. Sekolah Muhammadiyah juga harus miliki ciri khas. Ada yang fokus entrepreneur ada juga yang di teknologi. Harus ada yang beda dengan sekolah umum lainnya.
Untuk itu guru memegang kendali utama dalam proses dimensi pendidikan anak-anak di sekolah. Sekarang, lanjutnya, era sudah sulit ditebak perubahannya. Siswa harus dibekali juga dengan karakter kompetisi sehingga kemampuan multitalenta siswa diutamakan dan diprioritaskan.
“Ingat sukses itu bukan semata-mata ditentukan oleh IQ tetapi juga ditentukan faktor komunikasi, kreativitas, ataupun relationship,” jelasnya.
Maka, ujarnya, berkarya itu sama dengan menghasilkan siswa yang super, karya terbaik. Bukan hanya pintar akademik tetapi karakter atau mental siswa juga ditata dan ditingkatkan. (*)
Kontributor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.