PWMU.CO – Internasionalisasi pendidikan Muhammadiyah harus terus dijalankan dengan baik seiring dengan semakin intensifnya peran Persyarikatan Muhammadiyah di kancah internasional.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof H Syafiq A Mughni MA PhD saat opening ceremony International Training on Education yang diselenggarakan di Hotel Kampi Surabaya, Rabu (25/9/19).
Pada kegiatan yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhamamadiyah Jawa Timur bekerja sama dengan Irsyad Trust Ltd dan Temasek Foundation Singapore itu, Syafiq menjelaskan empat aspek peran Muhammadiyah di kancah dunia.
Pertama, humanitarian movement (gerakan kemanusiaan). Muhammadiyah sebagai NGO (non governmental organization) sejak berdiri tahun 1912 terus mengembangkan sayapnya mengambil peran yang lebih besar mulai tingkat lokal, nasional, hingga international.
“Muhammadiyah sudah lama bergerak di bidang pendidikan tapi juga bidang kemanusiaan (humanity),” jelas Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAP) di hadapan 78 peserta training dan tamu undangan.
Muhammadiyah sebagai moslem based organization maka desain gerakan Muhammadiyah juga diperuntukan untuk masyarakat dunia dan tidak hanya masa sekarang tapi untuk generasi masa depan. “Seperti peran MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Centre) yang membantu menangani korban tidak hanya di Indonesia tapi juga untuk negara lain,” ungkapnya.
Oleh karenanya, Guru Besar Fakultas Adab Bidang Sejarah Kebudayaan Islam UIN Sunan Ampel ini menyatakan sebuah pendidikan menjadi penting karena memiliki kekuatan yang besar. “Education movement is very important, it also powerfull force (gerakan melalui pendidikan sangatlah penting karena memiliki kekuatan besar),” katanya.
Kedua, participation in global movement in establishing peace culture yaitu berperan aktif dalam gerakan global membangun budaya perdamaian. Pria asal Paciran Lamongan itu mencontohkan peran Muhammadiyah dalam meredakan konflik pemerintah Filipina dengan Front Pembebasan Islam Moro (MIFL), memfasilitasi penyelesaian konflik Thailand Selatan dan Afganistan. Persoalan konflik dunia ini banyak dilakukan dengan saling berkoordinasi dengan para pemuka agama.
Mengembangkan gerakan Muhamamdiyah melalui PCIM (Pimpinan Cabang Istimewah Muhammadiyah) adalah aspek ketiga sebagai wujud gerakan Muhamamdiyah mendunia. “PCIM is model of Muhammadiyah organizatoon in foreign country,” jelasnya.
Lulusan Islamic Studies, Universitas of California (UCLA) Los Angeles ini menyampaikan PCIM merupakan bagian dari Muhamamdiyah yang berada di luar Indonesia. Meski secara struktural tidak secara langsung di bawah naungan pimpinan organisasi yang ada di Indonesia tapi memiliki persamaan misi di berbagai bidang di antaranya tajdid (gerakan pembaharuan), edukasi, perdamaian, dan humanity (kemanusiaan).
Aspek ke empat adalah kolaborasi dalam penyelesaian masalah. “Working together we will finds better future for our next generation (bekerja bersama, kita akan menemukan masa depan yang lebih baik untuk generasi kita berikutnya),” jelasnya
Syafiq kembali mengingatkan kepada peserta training baik di kelas Instructional Mastery, ICT in The Classroom atau Arabic Teacher Training bahwa kolaborasi menjadi kunci kesuksesan dalam penyelesaian masalah dan peningkatan kualitas hidup.
Ketua PWM Jawa Timur periode 2005-2010 itu mengapresiasi peran Muhamamdiyah Jawa Timur dalam melakukan kerjasama dengan Irsyad Trust Limited and Temasek Foundation Singapore dalam peningkatan mutu pendidikan. (*)
Kontributor Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni.