PWMU.CO – Orang yang buta huruf pada abad 21 bukan orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Akan tetapi orang tidak dapat belajar, tidak mau keluar dari pembelajaran masa lampau dan tidak mau mengulang kembali apa yang telah dipelajarinya.
Hal itu disampaikan Zainab Qomari saat memberikan materi di kelas Instructional Mastery (Teaching Pedagogy) pada International Training on Education pada hari Jumat, (27/9/19).
Kepada 17 peserta yang mengikuti kelas ini, guru selayaknya memfasilitasi pengalaman belajar siswa di kelas dengan lebih kreatif dan inovatif.
“Give student with ask the unsual and challenging question? (berilah siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak biasa atau menantang,” ujarnya.
Dia mengatakan, sebagai yang akan mempersiapkan pemimpin masa depan pada eranya nanti 20-25 tahun ke depan, guru selayaknya memiliki karakter visioner (dapat melihat masa depan), good leader (pemimpim yang baik), adaptor (mau beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan zaman), collaborator (mampu berkolaborasi dengan siapa pun), communicator (komunikatif), dan life long learners (pembelajar sepanjang hayat).
“Sebagai guru abad 21, harus meng-update informasi di luar info keguruan atau pendidikan seperti tentang dunia ekonomi, sosial, budaya, dan bahkan entrepreneur. Karena semua itu bisa gunakan sebagai pengkayaan saat memberikan pengajaran bersama siawa di kelas,” terangnya.
Madam Zaenab, biasa ia dipanggil, menjelaskan hendaknya seorang guru bisa menjadi model, ambassador, agen dalam bidang tertentu misalnya bidang kebersihan, kedisplinan, kreativitas, atau yang lainnya.
“Orang Muslim ini masih kalah menjadi trendsetter dengan negara Barat. Akibatnya kita masih sering terbawa arus budaya Barat, makanya guru harus bisa menjadi trendsetter (pusat perhatian yang diikuti) karakter kebaikan” jelasnya.
Instruktur yang sudah berpengalaman menjadi praktisi pendidikan selama 25 tahun ini mengajak kepada peserta untuk menyajikan pembelajaran yang holistik, challenging, dan enggagement. Sehingga, keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang fun dan meaningfull itu sangat penting dan menjadi esensi tidak hanya sekadar menghibur saja.
“Perlu memang pembelajaran di kelas bersifat entertainment yang berarti fun dan menarik.Tapi, lebih dari itu harus bisa enggagement siswa dalam proses belajar,” ujarnya. (*)
Kontributor Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni.