PWMU.CO – Sesaat setelah kabar kewafatan H Bisri Ilyas (24/6), beredar ragam meme yang memperlihatkan kebai(j)ikannya semasa hidup. Salah satunya adalah meme bela sungkawa itu memuat tentang biografi singkat almarhum, dengan beberapa peran krusialnya dalam memajukan umat. Diantaranya sebagai Dewan Penyantun Unair, Pondok Gontor, Universitas Muhammadiyah Gresik, dan lain-lainnya. Juga tertulis menginfaqkan (mungkin maksudnya mewakafkan) 20 sertifikat tanah buat Muhammadiyah.
(Baca: 10 Manajemen Bisnis ala H Bisri Ilyas)
Selain banyak yang mengagumi angka 20 ini, ternyata ada juga orang yang membacanya secara teliti. “Jumlah 20 sertifikat tanah yang diwakafkan untuk Muhammadiyah itu data tahun berapa?” begitu salah satu chating yang masuk ke nomor WhatApps Redaksi pwmu.co, 081233867797. Sebuah pertanyaan yang sepertinya sengaja “meragukan” kecilnya angka 20, karena pertanyaan itu dibarengi dengan emot tertawa dan kepala pusing.
(Baca: H Bisri Ilyas, Pengusaha Dermawan Itu Berpulang dan Mengenang H Bisri Ilyas, Saudagar Sukses Bermodal Kejujuran)
Saran lain yang agak serius datang juga dari nomor WhatApps 0811303xxxxx. Sosok yang mungkin sangat tahu sepak terjang Bisri Ilyas dalam mewakafkan tanah karena berani menyatakan angka 20 tidaklah valid. “Serifikat di PDM Gresik bukan 20. Insyaallah sekarang sudah 50-an. Tolong dicheck lagi,” tulisnya memberi saran kepada redaksi pwmu. Lantas sebenarnya berapa bidang dan luas tanah yang diwakafkan oleh H Bisri Ilyas?
(Baca: 5 Landasan Qur’ani yang Mengantarkan Haji Bisri Ilyas Jadi Pengusaha Sukses)
Seusai pemakaman Bisri Ilyas, redaksi pun mengontak Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik, Taufiqullah A. Ahmady, untuk melakukan konfirmasi. “Almarhum memang sangat mendorong kami agar wakafnya yang diserahkan kepada Persyarikatan segera disertipikatkan atas nama Muhammadiyah,” jelas Taufiq.
“Namun untuk lebih jelasnya, berapa bidang dan luas tanah wakaf itu bisa berhubungan dengan Mas Budi Masruri,” sarannya menyebut nama Sekretaris Majelis Wakaf dan Kehartabendaan PWM Jatim, yang memang di Gresik ditugaskan untuk melakukan sertifikasi tanah Muhammadiyah.
(Baca: Kepergian H Bisri Ilyas Semoga Tergantikan Bisri-Bisri Baru dan Dapat Lahan Wakaf, Muhammadiyah Bondowoso Akan Dirikan Klinik)
“Alhamdulillah, kami PDM Gresik sudah memenuhi harapan almarhum Haji Bisri Ilyas untuk mensertipikasikan wakaf beliau,” jelas Budi Masruri. Dan, memang angka 20 itu sudah tidak valid karena terlalu sedikit. “Jika dihitung semua tanah wakaf beliau, jumlahnya adalah 65 bidang tanah. Total luas 55 bidang tanah diantaranya adalah 147.159 meter persegi,” tegasnya lagi.
“Sementara untuk 10 bidang tanah wakaf lainnya, sertifikat tanahnya memang baru kami terima dari BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan belum sempat kami entry,” jelas Budi tentang rincian data yang dikirim kepada pwmu.co yang masih berjumlah 55 bidang. Itu pun yang tersebar di antero Kabupaten Gresik, belum daerah lainnya.
Sudah tentu luas setiap bidang tanah wakaf memang beragam. Dalam catatan PDM Gresik, bidang terluas tercatat sebesar 15.628 meter persegi. Terletak di Kelurahan Dermo, Kecamatan Benjeng, di atas tanah ini direncanakan akan dibangun Pondok Pesantren. Sementara bidang terkecil sebesar 122 meter persegi. “Terletak di Kelurahan Roomo, Kecamatan Manyar, di atas lahan ini kini berdiri Musholla At-Taqwa,” terang Budi Masruri.
(Baca: Tentara Ini Jadi Ketua Ranting Muhammadiyah dan Wakafkan Rumah-Tanahnya untuk Dakwah dan Kembali, Muhammadiyah Madiun Terima Wakaf Bangunan 510 Meter)
Semasa masih hidup, Bisri Ilyas memang tidak mau persoalan wakaf ini “dibesar-besarkan”. Sebab, menurutnya, yang namanya amal, tidak terkecuali wakaf tanah untuk Muhammadiyah ini, tidak etis untuk disebutkan kepada publik. “Sebagai amal tentu tidak etis untuk disebutkan. Biarlah Allah Yang maha Tahu. Niat saya cuma satu, beramal untuk pendidikan berarti mengembangkan ilmu bermanfaat,” begitu jelasnya pada tahun 2006 silam.
Namun, sebagai pembelajaran bagi generasi kekinian, cerita tentang tanah wakaf ini penting dipublikasikan sebagai syiar. Tentu, redaksi tetap tidak lupa meminta maaf kepada keluarga besar Bisri Ilyas karena dengan “lancang” menulis berita tentang ini. Setidaknya bisa menjadi syiar bagi umat untuk berlomba-lomba dalam kebajikan, dan tentu saja penyaksian bahwa H Bisri Ilyas semasa hidup memang tokoh yang baik. (kholid)