PWMU.CO – Dr Muqowim MAg menyampaikan materi “Menyiapkan Lembaga Pendidikan dan Guru dalam Mendidik di Era Industri” pada Seminar Nasional 100 Tahun Aisyiyah Bustanul Athfal di gedung Sarana Olah Raga PT Petrokimia Gresik, Sabtu (5/10/19).
Dia mengawali materi dengan yel-yel: “Salam master! Yes. I am.” Secara bercanda dia lalu mengubah salam itu. “Jika menggunakan bahasa orang Gresik: ‘Salam. Master! Yo. Eson.’,” ujarnya.
Pria kelahiran Karanganyar, 10 Maret 1975, lalu mengutip hadits qudsi, “Aku seperti apa yang disangkakan oleh hambaku.” Menurutnya, jika kita optimis maka tindakan kita juga optimis. “Allah itu Maha Oke. Tergantung pikirkan kita,” ujarnya.
Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta itu mengajak peserta seminar untuk membagun keyakinan dan optimisme. “Janganlah merasa hina dan sedih padahal kita ini tinggi derajatnya, dengan syarat harus yakin,” ujarnya.
Orang yang punya keyakinan, lanjutnya, masa depannya pasti. Hal ini seperti yang dikatakan Napoleon Hill, “Kalau kamu ingin ada keajaiban setiap hari, maka yakinlah pada Tuhan,” ujarnya mengutip.
Menurut Muqowim, ada tiga hal yang kita miliki tapi jarang dimaksimalkan. Pertama time to pause. Kita jarang punya waktu berhenti. “Seharian bawa HP, kalau sehari saja tidak bawa, ‘Separuh jiwaku pergi’,” ujarnya diiringi tepuk tangan hadirin. “
Kedua, time to reflect, berhenti sejenak dan renungkan apa yang bisa diambil pelajaran. “Cobalah berhenti dan renungkan sebenarnya tujuan hidup kita apa?” ajaknya.
Ketiga, time to increase. Waktu adalah perubahan untuk meningkatkan diri. Menurutnya di era sekarang banyak hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
“Sebagai pendidik kita punya peran strategis untuk kembali ahsani taqwim, sebaik-baik ciptaan yang sempurna,” ujarnya. (*)
Kontributor Estu Rahayu. Editor Mohammad Nurfatoni.