PWMU.CO – Kegiatan penulis hari Jum’at (24/6) di Santa Barbara diisi dengan makan malam bersama keluarga lokal. Nama kegiatannya: Dinners in Santa Barbara Hosted by Local Families. Ada sembilan keluarga yang disiapkan panitia untuk menerima peserta program Summer Institute. Jadi setiap keluarga menerima dua peserta program. Mereka tinggal di sekitar The University of California, Santa Barbara (UCSB).
Penulis bersama peserta dari East Timur berkesempatan makan malam bersama keluarga Allan S. Morton, seorang pengacara dengan spesialis hukum keluarga di California. Jarak rumah Allan dari UCSB sekitar 10 KM. Jadi diperlukan waktu kira-kira 15 menit untuk sampai di rumah Allan.
(Baca: Nikmatnya Berpuasa Lebih Lama di Negeri Minoritas Muslim dan Pengalaman Buka Bersama ‘Ditemani’ Anjing di Santa Barbara California)
Acaranya pun dikemas sederhana, tapi sangat bermakna. Keluarga Allan menjemput kami di kompleks UCSB untuk diajak ke rumahnya. Sampai di rumah, Allan memperkenalkan anggota keluarganya. Ada empat orang yang menyambut kami. Istri Allan, dua orang suami istri yang sudah sepuh, dan seorang nenek yang juga famili Allan.
Setelah berkenalan kami pun ngobrol banyak hal di teras rumah Allan yang asri. Udara terasa cukup dingin. Kebetulan rumah Allan berada di kaki perbukitan. Ibu-ibu yang menemani kami ngobrol pun memakai selimut sebagai penghangat tubuh. Topik ngobrol mulai soal budaya di negara masing-masing, agama, dan pemilihan umum di Amerika. Soal lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) juga sempat kami singgung.
(Baca: Belajar dari Amerika: Sebagai Simbol Negara, Presiden Harus Dihormati)
Keluarga Allan tampak sangat tidak sependapat dengan LGBT. Soal ini memang selalu menjadi perdebatan yang sensitif di Amerika. Apalagi saat musim kampanye jelang pemilu presiden kali ini. Allan juga kurang simpatik dengan calon presiden Donald Trump. Itu karena Trump dianggap kurang bijak menyikapi perbedaan agama, budaya, dan etnis. Tapi Allan dan keluarga tampak tidak ingin larut dalam pembicaraan soal politik. Ia berharap rakyat Amerika bisa memilih presidennya dengan cerdas dan bijak.
Acara makan malam dengan keluarga lokal ini merupakan bagian dari kegiatan pertukaran budaya (cultural exchange). Keluarga Allan pun multiagama. Ada yang Kristen. Ada pula yang Yahudi. Dari program ini kami bisa belajar bagaimana menghargai perbedaan. Misalnya, keluarga Allan tampak ingin berempati pada penulis yang sedang berpuasa. Karena itu, selama mengobrol beberapa saat jelang maghrib, mereka tidak mengambil makanan. Baru setelah maghrib tiba, Allan mengajak masuk ke ruang tamu.
(Baca: Berminat Ikut Pertukaran Pelajar-Pemuda ke Amerika? Berikut adalah Programnya dan Ketika Malam Terasa Siang, Begitu juga Sebaliknya)
Apalagi udara di teras rumah sudah terasa sangat dingin. Kami pun diajak untuk menikmati hidangan ringan. Selanjutnya adalah sesi makan malam bersama. Sebelum makan, Allan menjelaskan kebiasaan melakukan do’a bersama. Allan dan keluarga berdo’a sambil bernyanyi dengan teks yang sudah disiapkan. Penulis perhatikan teks itu berbahasa Ibrani dilengkapi terjemahan dalam bahasa Inggris. Teman penulis yang juga seorang Romo berdo’a sesuai agamanya. Penulis juga dipersilahkan berdo’a sesuai agama Islam. Selesai berdo’a, makan malam pun dimulai.
Tanpa terasa, kami sudah berada di rumah Allan selama enam jam, mulai jam 17.00-23 malam. Karena itu segera kami pamit. Menjelang pulang, istri Allan ternyata menyiapkan bingkisan. Katanya untuk persiapan sahur. Luar biasa, keluarga ini. Allan pun bersiap untuk mengantar kami kembali ke Pendola Village, kompleks UCSB. Terima kasih Allan. Semoga Tuhan membalas kebaikan Allan dan keluarga.
Laporan DR Biyanto MAg, Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, peserta Summer Institute 2016 UCSB